BAB
V
HIPOTESIS
1.
Pengertian
Hipotesis
Hipo berasal dari
kata Yunani hupo yang berarti di bawah, kurang atau lemah. Tesa
berasal kata Yunani thesis yang berarti teori atau proposisi yang
disajikan sebagai bukti. Dengan demikian hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah dan masih perlu dibuktikan/diuji kebenarannya.
Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu dan sering dituntut untuk melakukan
pengecekannya. jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan mengenai populasi, maka
hipotesis tersebut disebut hipitesis statistik
Hipotesis secara garis besar dapat
didefinisikan sebagai dugaan sementara yang belum tentu kebenaranya, dan
diperlukannya pengujian untuk mengetahui apakah hipotesis ini benar ataukah
tidak, namun tujuan dari pengujian hipotesis bukanlah sekedar untuk mengetahui
apakah hipotesis benar atau tidak, melainkan apakah hipotesis kita diterima
ataukah tidak.
Contoh dari hipotesis dapat dilihat
dibawah ini,
a. Pemerintah berpendapat bahwa kenaikan harga minyak tidak
mempengaruhi harga makanan, maka dipurtuskan untuk menaikkan harga minyak.
b. Seorang produsen lampu pijar berpendapat bahwa jumlah
produknya yang rusak kurang dari 4%
c. Peluang
lahirnya anak kambing betina adalah = 0,5.
d. 20%
masyarakat merupakan pendukung SBY-Budiono.
e. Rata-rata
pendapatan penduduk di suatu daerah adalah Rp. 40.000, 00 tiap bulannya.
Contoh
yang kita perhatikan tadi, jika diperhatikan secara seksama contoh diatas
hanyalah sebuah perkiraan dan belum diuji apakah hal tersebut benar ataukah
tidak.
2.
Cara
merumuskan Hipotesis
sebelum
menentukan hipotesis maka kita sebaiknya melakukan langkah-langah seperti
dibawah ini,
a. Mempunyai
banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak
membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan.
b. Mempunyai
kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta
hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
c. Mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai
dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Setelah
hal diatas dilakukan maka, seorang peneliti sudah bisa menarik hipotesis,
langkah-langkah menyusun hipotesis sebaiknya seperti langkah-langkah dibawah
ini.
a. Membuat
kerangka teori lebih dahulu
b. Mengeksplorasi
hubungan yang ada/terjadi dalam permasalahan
c. Tiap-tiap hipotesis yang dirumuskan
selalu dinyatakan dalam bentuk statemen atau pernyataan, bukan dalam bentuk
pertanyaan.
d. Hipotesis
dirumuskan berdasarkan teori, dugaan, pengalaman pribadi atau orang lain, kesan
umum, kesimpulan yang masih sementara(Mengandung
suatu prediksi)
e. Melibatkan
minimal dua variabel penelitian
f. Harus
dapat diuji (testable)
CONTOH
MASALAH:
Apakah dia sudah punya pacar?
Apakah dia sudah punya pacar?
HIPOTESIS
Sudah.
MENGUJI
HIPOTESIS
Sipeneliti
harus meneliti skeseharian dari orang yang digunakan sebagai target
praktikumnya, peneliti mengumpulkan informasi yang terkait dari sumber-sumber
yang dipercaya dan peneliti juga turun langsung kelapangan untuk membuktikan
hipotesisnya.
3.
Kekeliruan dalam pengujian hipotesis
Dalam
penelitian, jika hasil yang didapat jauh berbeda dari hasil yang diharapkan
terjadi maka hipotesis tersebut ditolak
Jika hasil yang didapat dari penelitian
mendekati dari hasil yang diharapkan terjadi maka hipotesis tersebut dapat
diterima
Ada 2 tipe kekeliruan yakni.
1. Kekeliruan tipe 1
·
Menolak
hipotesis yang harusnya diterima
·
Peluang
membuat kekeliruan tipe 1 dinyatakan dengan α, sehingga
kekeliruan tipe 1 sering disebut kekeliruan α
·
Dalam
penggunaanya α sering disebut taraf nyata/taraf signifikan atau taraf
arti
2. Kekeliruan
tipe 2
·
Menerima
hipotesis yang harusnya ditolak
·
Peluang
membuat kekeliruan tipe 2 dinyatakan dengan β, sehingga
kekeliruan tipe 2 sering disebut kekeliruan β
Berikut
merupakan table tipe kekeliruan, dibuat agar mempermudah untuk mengerti kedua
tipe kekeliruan tersebut
KESIMPULAN
|
KEADAAN
SEBENARNYA
|
|
HIPOTESIS
BENAR
|
HIPOTESIS
SALAH
|
|
TERIMA
HIPOTESIS
|
BENAR
|
KELIRU
(Kekeliruan
Tipe II)
|
TOLAK
HIPOTESIS
|
KELIRU
(Kekeliruan
Tipe I)
|
BENAR
|
Kedua peluang tersebut
adalah saling berkaitan
Jika α diperkecil maka β akan menjadi diperbesar
α +β = 1
1-α = β
1-β = α
CONTOH
KEKELIRUAN
Penelitian
yang dilakukan terhadap kecepatan motor merek a dan merk b, secara hasil yang
didapatkan membuktikan merek a lebih cepat daripada merek b. namun setelah
dilakukan percobaan berupa balap di sirkuit terbuka ternyata mendapatkan motor
merk a lebih duluan mencapai finish.
Kekelirian
tipe 1 yaitu menolak hipotesis yang sehariusnya diterima, yaitu pada hal ini
menyimpulkan bahwa motor b lebih cepat, padahal penelitian menunjukan motor a
lebih cepat.
Kekeliruan
tipe 2. Yaitu menerima hipotesis yang seharusnya ditolak , dalam keadaan ini
menyimpulkan motor a tetap lebih cepat walaupun pada tes berupa balap
menunjukan motor b yang lebih cepat.
4.
Langkah
pengujian hipotesis
Pengujian
hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis atau menolak
hipotesis. Agar penentuan salah satu diantara dua pilihan tersebut dan lebih
mudah dilakukan, maka digunakan perumusan-perumusan.
Hipotesis sering dinyatakan dengan H, hal ini
bertujuan merumuskan dengan singkat dan jelas sesuai dengan persolan yang
dihadapi. Supaya nampak adanya dua pilahan, hipotesis H ini perlu didampingi
oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini yang merupakan
hipotesis tanding untuk H, akan disebut alternatif, dinyatakan dengan A.
pasangan H dan A ini tepatnya H melawan A, lebih jauh juga menentukan kriteria
pengujian yang terdiri dari daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis.
Daerah penolkan hipotesis sering pula dikenal dengan daerah kritis.
Tujuan
dari langkah pengujian hipotesis ini adalah Untuk memperoleh kesimpulan serta
keputusan untuk menerima ataupun menolak hipotesis secara tepat. Dalam hal ini terdapat dua pilihan yang berlawanan yakni Hipotesis dinyatakan dengan H Sedangkan A
marupakan pernyataan lain yang isinya
berlawanan atau hipotesis tandingannya. Pasangan
H dan A disebut H melawan A yang merupakan penentu daerah penerimaan atau
penolakan Hipotesis.
5.
Uji
2 sisi atau uji 2 pihak
Kriteria yang didapat adalah : terima hipotesis H0
jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh antara d1
dan d2, sedangkan yang lainnya ditolak.
Karena
ini uji 2 pihak maka nilai dari tarf signifikasinya adalah dibagi 2, karena
kita hanya menentukan 1 nilai α dan kita mengujinya dari 2 pihak maka kita
harus membagi sama rat nilai α di kedua pihak yaitu ½ α.
6.
Uji
1 pihak (pihak Kanan)
Untuk
menguji tandingan H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam
distribusi yang digunakan dapat sebuah daerah kritis di ujung sebelah kanan
yang besarnya sama dengan α.
Kriteria yang
dipekai adalah : tolak H0 jika statistik yang dihitung berdasarkan
sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H0.
Pengujian ini dinamakan uji satu pihak, yakni pihak kanan.
Karena ini merupakan uji 1 pihak maka
nilai taraf signifikan atau nilai α adalah berada hanya di 1 pihak saja, maka
jika taraf signifikasinya adalah 0,05 maka harganya tidak dibagi 2 seperti pada
uji 2 pihak.
7.
Uji
1 pihak (pihak Kiri)
Jika tandingan H1 mengandung pernyataan
lebih kecil maka daerah kritis yang terbentuk adalah di sebelah kiri yang
besarnya α
Kriteria yang digunakan adalah : terima H0
jika statistik yang dihitung berdasarkan penelitian lebih besar dari d
sedangkan yang lainnya ditolak. Hal ini dfisebut dengan uji satu pihak yakni
pihak kiri
Karena ini merupakan uji 1 pihak maka
nilai taraf signifikan atau nilai α adalah berada hanya di 1 pihak saja, maka
jika taraf signifikasinya adalah 0,05 maka harganya tidak dibagi 2 seperti pada
uji 2 pihak.
No comments:
Post a Comment