Monday, June 11, 2012

Implikasi Aliran Psikologi Tingkah Laku ( Teori Thorndike , Teori Gagne, Teori Ausubel dan Teori Skinner) Terhadap Pembelajaran Matematika


Implikasi Aliran Psikologi Tingkah Laku  ( Teori Thorndike , Teori Gagne, Teori Ausubel dan Teori Skinner) Terhadap Pembelajaran Matematika
Abstraksi
Penganut psikologi tingkah laku ( behaviourist ) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar ( stimulus ) dan tanggapan dari dalam diri si  anak ( response ) yang bisa diamati. Mereka juga berpendapat bahwa ganjaran ataupun penguatan merupakan kata kunci dalam proses belajar mengajar. Ganjaran maupun pengetahuan dapat digunakan untuk memotivasi siswa belajar Matematika jika rasa ingin tahu untuk belajar matematika belum muncul. Sebagai contoh, guru dapat memberikan pujian pada jawaban yang benar, tidak menolak begitu saja pendapat  siswanya, memberi nilai 100 atau tanda benar untuk jawaban yang benar. Untuk memantapkan dan melatih pengetahuan siswa, maka kepada siswa perlu diberikan  PR.
Key word : Behaviourist

               PENDAHULUAN

Hal yang terpenting bagi guru matematika adalah memahami teori-teori yang berkait dengan bagaimana para siswa belajar dan berpikir sehingga teori tersebut dapat diaplikasikan di kelasnya masing-masing, sehingga pembelajaran di kelasnya akan menjadi lebih efektif dan efisien.  Seorang guru dapat saja belajar dari pengalaman mengajarnya. Namun hal seperti itu akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga tidak ada salahnya untuk mempelajarinya dari para ahli ataupun para pakar di bidang psikologi ataupun teori belajar tersebut. Berdasarkan pemikiran seperti itulah, selama diklat berlangsung para guru matematika akan mempelajari mata diklat psikologi pembelajaran matematika, dan modul ini disusun untuk membantu para guru matematika untuk mempelajari teori-teori belajar yang telah dikemukakan para ahli.  Setiap ahli akan mengkaji perkembangan intelektual manusia dan akan mempelajari hakikat belajar dari berbagai segi dan dari berbagai sudut, maka dapat saja terjadi, antara teori belajar yang satu dengan teori belajar yang lain akan sama/mirip, saling melengkapi dan tidak tertutup kemungkinan akan ada dua teori yang sepertinya saling bertentangan. Karena tiap-tiap teori memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri, maka hal paling penting yang perlu diperhatikan para guru seperti yang disarankan Bell (1978) adalah, setelah mempelajari beberapa teori belajar, para guru matematika hendaknya dapat menggunakan dengan tepat keunggulan setiap teori tersebut di kelasnya masing-masing.




























PEMBAHASAN

A.     Pengertian Belajar menurut pandangan Psikologi tingkah laku
                            
Penganut psikologi tingkah laku ( behaviourist ) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar ( stimulus ) dan tanggapan dari dalam diri si  anak ( response ) yang bisa diamati. Mereka juga berpendapat bahwa ganjaran ataupun penguatan merupakan kata kunci dalam proses belajar mengajar.

B.      Teori Thorndike
Edward l. Thorndike (1874-1949) mengemukan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan law of effect. Menurut  hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan ,teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh thorndike ini disebut juga koneksionisme,teori ini mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil:
a.      Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Yaitu menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.


b.      Hukum Latihan (Law Of Exercise) dan Hukum Akibat (Law Of Effect).
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat. Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin lemahnya hubungan yang terjadi.
Dalam hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Guru yang memberi senyuman wajar terhadap jawaban anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri anak. Kata-kata “ Bagus”, “Hebat” , ”Kau sangat teliti” dan semacamnya akan merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai pelajaran.
Disamping itu, Thorndike mengutamakan pula bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa tergantung dari kualitas dan kuantitas Stimulus-Respon (SR) dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan makin baik kualitas S-R itu (yang diberikan guru) makin banyak dan makin baik pula hasil belajar siswa.
Implikasi dari teori ini dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari adalah bahwa:
1.      Dalam menjelaskan suatu konsep tertentu, guru sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati.
2.      Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practicc) akan lebih cocok. Karna siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respons yang diberikan pun akan lebih banyak.
3.      Dalam kurikulum, materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat sekolah. Penguasaan materi yang lebih mudah sebagai akibat untuk dapat menguasai materi yang lebih sukar.

C.    Teori Belajar Gagne
Yang akan dibahas pada materi ini adalah dua teori belajar dari Gagne dalam Bell (1978) yaitu Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skill (FKPS). Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skill (FKPS) Gagne membagi objek-objek matematika menjadi objek langsung dan objek tak langsung. FKPS adalah objek langsungnya, sedangkan objek tak langsungnya adalah kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika seperti kemampuan: berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan, ketelitian, dan lain-lain. Berikut penjelasan mengenai objek langsung matematika.
a.       Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, kesepakatan bahwa kalau tidak ada kurung maka operasi perkalian dan pembagian didahulukan dari operasi penjumlahan dan pengurangan, serta notasi 5% yang berarti 5/100 dan tidak berarti 5/10 ataupun  5/1000 . Seorang siswa dinyatakan telah menguasai fakta jika ia dapat menuliskan fakta tersebut dan menggunakannya dengan benar. Contohnya adalah siswa yang dapatmenyatakan bahwa 25% berarti 25/100 = ¼ ataupun yang menyatakan bahwa 2 + 3 × 5 = 2 + 15=1. Karenanya, cara mengajarkan fakta adalah dengan menghafal, drill, ataupun peragaan yang berulang-ulang.
b.      Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan        seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contohnya, konsep tentang: bunga tunggal, bunga majemuk, perbandingan, anuitas, dan deret geometri, sehingga ketika gurunya mengucapkan “bunga majemuk” misalnya, para siswa telah paham dengan bunga majemuk tersebut. Karenanya, seorang siswa disebut telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan antara contoh dari yang bukan contoh. Untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh dan yang bukan contoh. Dikenal empat cara mengajarkan konsep, yaitu: 
1.      Dengan menggunakan beberapa contoh dan yang bukan contoh dari konsepyang dibicarakan. Ketika membahas konsep bentuk akar misalnya, guru
dapat memberi contoh bahwa ,
3,
5, ... merupakan contoh bentuk akar imajiner, namun 4, 9, ataupun v16 bukanlah bentuk akar imajiner karena ketiganya berturut- turut bernilai 2, 3, dan 4

2.      Deduktif, dimulai dari definisi lalu ke contohnya.

3.      Induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya. 

4.      Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu membahas contohnya lalu kembali membahas definisinya.

c.       Prinsip adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih. Contohnya, rumus permutasi k objek dari n objek   (  )  dan rumus umum suku ke-n suatu barisan aritmetika  Seorang siswa dinyatakan telah memahami suatu prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang ada; dapat mengenal  dan memahami konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut; serta dapat menggunakan prinsip tersebut pada situasi yang tepat.

d.      Skill atau keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya, keterampilan melakukan pembagian berekor, mengalikan dua bilangan pecahan, merasionalkan penyebut suatu pecahan, serta menentukan bunga majemuk dengan bantuan tabel ataupun kalkulator. Para siswa dinyatakan telah memperoleh skilljika ia telah dapat menggunakan prosedur atau aturan yang ada dengan cepat dan tepat. Untuk itu penggunaan skill ini tidak pada penghafalan semata melainkan berlandaskan pengertian atau pemahaman dari suatu materi.
Dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan. Yaitu :
1.      Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.
2.      Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional.
3.      Menyusun hipotesis hipotesis alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
4.      Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya.
5.      Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
D.    Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia membedakan belajar menemukan dengan belajar menerima, jadi tinggal menghafalnya. Tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna. Hal ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya. Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna.
Misalnya dalam mempelajari konsep Pitagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2= b2+a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
E.     Teori B.F Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Dalam  teori Belajar  Skinner   (Ruseffendi,  1998,h.171),untuk   menguatkan  pemahaman  siswa  tentang  apa  yang  baru  dipelajari,  maka  setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran  harus  dilanjutkan  dengan  member ikan  penguatan  antara  lain  berupa latihan  soal-soal.  Dengan  demikian  teori  belajar  yang  dominan  digunakan  dalam implementasi kurikulum matematika 1968 adalah "Teori Belajar Skinner".   Pada  tahun  1975,  terjadi  perubahan  yang  sangat  besar  dalam  pengajaran matematika  di  Indonesia.  Di  awali  dengan  diterapkannya  matematika modern.Menurut  Ruseffendi  (1979,h.12- 14),  matematika  modern  tersebut  memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Terdapat  topik-topik  baru  yang  diperkenalkan  yaitu  himpunan,  geometri,  bidang dan  ruang,  statistika  dan  probalitas,  relasi,  sistem  numerasi  kuno,dan  penulisan
lambang  bilangan non  desimal.  Selain  itu diperkenalkannya  pula  konsep-konsep baru  seperti  penggunaan  himpunan,  pendekatan  pengajaran  matematika  secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
b.      Terjadi  pergeseran  dari  pengajaran  yang  lebih  menekankan  pada  hafalan  ke pengajaran yang bersifat rutin
c.       Soal-soal  yang  duberikan  lebih  diutamakan  yang  bersifat  pemecahan  masalah  daripada yang bersifat rutin.
d.      Adanya  kesinambungan  dalam  penyajian  bahan  ajar  antara  Sekolah  Dasar  dan Sekolah lanjutan
e.        Terdapat penekanan pada struktur 
f.       Program  pengajaran  pada  matematika  modern  lebih  memperhatikan  adanya keberagaman antar siswa
g.      Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
h.      Ada  pergeseran  dari  pengajaran  yang  berpusat  pada  guru  ke  pengajaran  yang  berpusat pada siswa
i.        Sebagai akibat dari pengajan yang berpusat pada siswa,  maka metode pengajaran   banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
j.        Terdapat  upaya  agar  pengajaran  matematika  dilakukan  dengan  cara  menarik,  misalnya melalui per mainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.

PENUTUP
Simpulan
  1. Bahan pengajaran hendaknya dipecah menjadi bagian-bagian kecil, lalu diurutkan, untuk memudahkan siswa mengaitkan pengetahuan yang baru dengan yang lama. Contoh: membuat grafik fungsi kuadrat, bagian-bagiannya adalah pengertian persamaan kuadrat, pembuat nol fungsi persamaan sumbu simetri parabola, koordinat titik puncak.

  1. Setiap kali hendak memulai pelajaran, guru hendaknya mengecek kesiapan siswa untuk mempelajari bahan baru, dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan prasyarat yang harus dimilikai siswa.

  1. Ganjaran maupun pengetahuan dapat digunakan untuk memotivasi siswa belajar Matematika jika rasa ingin tahu untuk belajar matematika belum muncul. Sebagai contoh, guru dapat memberikan pujian pada jawaban yang benar, tidak menolak begitu saja pendapat  siswanya, memberi nilai 100 atau tanda benar untuk jawaban yang benar.

  1. Jika seorang siswa melakukan suatu kesalahan, dan kesalahan itu dipraktekannya berulang-ulang, hal itu akan menjadi kebiasaan baginya dan sukar untuk diperbaiki. Untuk menghindari hal tersebut, guru matematika siswa hendaknya memperbaiki kesalahan siswanya sedini mungkin. Itulah sebabnya, guru disarankan untuk berkeliling dan mengamati pekerjaan siswa agar dapat memperbaiki kesalahan sedini mungkin.

  1. Untuk memantapkan dan melatih pengetahuan siswa, maka kepada siswa perlu diberikan  PR.





CONTOH PEMBELAJARAAN YANG DI DASARKAN ATAS TEORI GAGNE

Dengan teorinya gagne menyusun hierarki belajar matemtika untuk belajar aturan maupun problem solving. Hierarki belajar merupakan susunan yang terdiri dari rangkaian kemampuan yang sifatnya terbagi menjadi sub – sub yang berkesinambungan yang harus di kuasai siswa sebelum belajar ke tingkat yang lebih tinggi atau kompleks.
Karena di dalam mempelajari matematika yang harus secara bertahap hierarki belajar dapat di terapkan dalam matematika.
Berikut ini contoh dari penerapan hierarki belajar gagne :
Pokok bahasan : Akar – akar persamaan kuadrat
Masalah :
Menentukan rumus akar-akar persamaan kuadrat yang notabene materi ini didapat pada jenjang 3 SMP sehingga akar-akar persamaan kuadrat di ajarkan namun yang menjadi masalh adalah menentukan formula atau rumus dalam menentukan akar-akar tersebut agar siswa paham dan mengerti materi ini.
Penyelesaian :
Dalam penyajian materi siswa di arahkan agar dapat menemukan rumus tersebut sendiri dengan langkah-langkah penyelesaian tersetruktur :
1.      Tuliskan bentuk umum dari persamaan kuadrat
2.      Tambahkan kedua ruas dengan (- c )
3.      Bagi kedua ruas dengan a

4.      Lengkapi bentuk kuadrat          Dengan menambahkan   pada kedua ruas
5.      Faktorkan ruas kiri dan sederhanakan ruas kanan
 
6.      Ambil akar kuadrat kedua ruas
7.      Tambahkan  pada kedua ruas dan sederhanakan
Selanjutnya siswa dapat memahamiasal muasal rumus untuk menentukan akar akar dari suatu persamaan kuadrat untuk menguatkan pemahaman siswa , siswa di berikan latihah berupa soal-soal sehingga siswa nantinya betul-betul memahami rumus dan pengguanaannya.