BAB II
SKALA PENGUKURAN
2.1
SKALA PENGUKURAN
Sebelum kita membahas skala pengukuran, ada
baiknya kita mengetahui definisi pengukuran. Pengukuran merupakan penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada obyek atau
peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran memberikan nilai-nilai variabel dengan
notasi bilangan. Setelah kita
mengetahui apa itu pengukuran maka sekarang dapat dijeleskan skala pengukuran.
Skala pengukuran merupakan aturan-aturan yang diperlukan untuk
mengkuatitatifkan data dari pengukuran suatu variabel. Dalam
statistik, data merupakan karakteristik, symbol atau angka dari sebuah variabel
yang diukur. Pengukuran hanya dilakukan terhadap variabel yang dapat
didefinisikan seperti minat, kinerja ataupun sikap. Agar hasil penelitian tidak
memberikan interpretasi yang berbeda maka definisi operasional terhadap
variabel yang diteliti perlu dijelaskan terlebih dahulu. Dalam melakukan operasi pada statistik perbedaan
data dan tujuan dari data yang tersaji tidak bisa dilakukan dalam dalam model
skala pengukuran yang sama. Secara umum ada 4 tingkatan skala pengukuran yaitu
skala nominal, skala ordinal, skala variabel dan skala rasio.
Berikut merupakan penjelasan lebih terperinci dari keempat tingkatan
tersebut.
a) Skala Nominal
Dalam keempat tingkatan skala pengukuran, skala
nominal merupakan tingkatan terendah karena skala ini hanya digunakan untuk
membedakan satu objek dengan objek yang lainnya berdasarkan lambang yang
diberikan. Sebelum memakai skala nominal biasanya data yang sudah diberi simbol
dipisahkan dan dikelompokan berdasarkan jenis atau beberapa kategori pembeda
anatara data tersebut. Biasanya lambang yang digunakan adalah suatu gambar yang
mencirikan jenis data tersebut, namun terkadang simbol yang diberikan berupa
angka atau sebarang bilangan (dengan catatan bilangan yang digunakan hanya
digunakan sebagai lambang dari suatu kategori tidak memiliki arti numerik). Hal
ini dimagsudkan pada angka atau sembarang bilangan tersebut tidak boleh
melakukan operasi aretmetika (tidak boleh menjumlahkaan, mengurangi,
mengaklikan, membagi). Bilangan atau sembarang angka dalam hal ini hanya
difungsikan sebagai lambang atau simbol saja dengan fungsi untuk membedakan
satu data dengan data yang lainnya.
Contoh ;
Berikut merupakan data mengenai mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di
Universitas Pendidikan Ganesha. Mahasiswa yang tidak mendapatkan beasiswa
dilambangkan atau diberi simbol berupa angka 0 (nol), sedangkan mahasiswa yang
mendapatkan beasiswa diberi simbol angka 1 (satu). Dalam hal ini tidak bisa
diartikan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa lebih besar tingkatannya daripada
mahasiswa yang tidak mendapatkan beasiswa, angka satu dalam hal ini hanyalah
menyatakan lambang untuk mahasiswa yang mendapatkan besiswa sedangkan angka nol
hanyalah sebagai lambang untuk mahasiswa yang tidak mendapatkan beasiswa.
Mengenai perincian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa bilangan atau angka yang digunakan sebagai lambang
atau simbol suatu kategori dalam skala
nominal hanya berfungsi untuk membedakan data yang satu dengan yang lainya
serta dalam penggunaanya tidak berlaku operasi hitung atau aretmetika (
menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, ataupun membagi). Hubungan yang
membatasi antara angka atau bilangan yang digunakan sebagai simbol hanyalah
sama dengan dan tidak sama dengan.
b) Skala Ordinal
Satu
tingkat diatas skala pengukuran nominal adalah skala pengukuran ordinal. Ini
dikarenakan skala pengukuran ordinal masih memiliki ciri pengukuran nominal
yaitu membedakan data dalam berbagai kelompok menurut lambang yang diberikan
pda populasi atau sempel, namun dalam skala pengukuran ordinal data yang
dibedakan menurut lambang tersebut ditambah dengan pembeda yang lain yaitu
memililiki pengertian lebih terhadap data yang lain (lebih bagus x lebih jelek,
lebih tinggi x lebih rendah dan yang lainnya). Maka dalam skala pengukuran
ordinal memungkinkan data untuk diranking.
Contoh; Dalam seri motoGP
pembalap Valentino Rossi menduduki posisi terdepan, dan diikuti oleh Cassi Stoner
sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat masih tetap dipegang oleh Stoner
Jambot dan Serul Van Ladret.
Maka dapat diranking yaitu; 1.
Valentino Rossi
2. Cassi
Stoner
3. Stoner
jambot
4. Serul Van
Ladret
Hal ini berbeda dengan skala
pengukuran nominal, dimana angka hanya difungsikan sebagai lambang. Angka yang
dideinisikan di skala ordinal tidak semata-mata hanya untuk sebagai lambang
yang difungsikan untuk membedakan satu data dengan data yng lainnya namun juga
bisa digunakan untuk mengurutkan data sesuai tingkatannya.
Maka dapat disimpulkan dalam pengukuran skala ordinal bilangan
yang digunakan dapat difunggsikan sebagai;
·
Lambang
untuk membedakan antara satu data dengan data yang lainnya
·
Untuk
mengurutkan data sesuai tingkatannya berdasarkan kualitas dari data tersebutt
dan yang telahh ditentukan baik dari tingkat tinggi ke tempat yang lebih rendah
maupun sebaliknya.
Dari data diatas dapat disimpulkan pada
tingkat skala pengukuran skala ordinal kita bisa mengatakan suatu data lebih
baik, lebih buruk, lebih besar ataupun lebih kecil dari data yang lainna berdasarkan
informasi yang diberikan, Namun dalam hal ini kita tidak mengetahui berapakali
lebih besarnya ataupun lebih buruknya suatu data dari data yang lainnya.
c) Skala interval
Dua
tingkatan diatas skala nominal atau satu tingkatan diatas skala ordinal adalah
skala interval. Skala interval merupakan yang sifatnya hampir mirip
dengan skala pengukuran nominal maupun ordinal. Namun dalam skala interval
terdapat sifat tambahan yang membedakannya dengan skala nominal dan skala
ordinal, yaitu dalam skala interval selain kita dapat membedakan data yang satu
dengan yang lainnya dengan menggunakan lambang serta dapat merangkingnya, kita
juga dapat mengukur perbedaan atau interval atau jarak antara data yang satu
dengan yang lainnya.
Contoh; Pada pengukuran suhu
dari 5 buah cairan yang berbeda dilaboratorium yang dilakukan oleh seorang
profesor didapatkan hasil sebagai berikut;
Cairan A bersuhu 20o
celcius, cairan B bersuhu 40o celcius, cairan C bersuhu 55o celcius,
cairan D bersuhu 65o celcius dan cairan E bersuhu 70ocelcius.
Dari data diatas dapat kita
lihat antara satu data dengan data yang lainnya memiliki interval. Data
tersebut selain bisa dibedakan, diranking berdasarkan tingkatannya juga dapat
diketahui interval dari masing-masing data. Interval merupakan jarak antara
satu data dengan data sebelum dan sesudahnya. Kita bisa lihat interval antara
dat D dengan data E memiliki interval 6o celcius. Namun dalam skala
interval tidak bisa kita lakukan suatu perbandingan antara satu data dengan
data yang lainnya. Kita tidak bisa mengatakan bahwa suhu cairan benda B yang
bersuhu 40o celcius 2 kali lebih panas daripada suhu cairan benda A
yang bersuhu 20o celcius. Hal ini dikarenakan skal interval tidak
memiliki titik nol mutlak. Titik nol mutlak yang dimagsudkan adalah benda yang
bersuhu 0ocelcius bukan berarti tidak memiliki panas (titik nolnya
tidak bernilai kosong). Titik nol yang ditetapkan adalah berdasarkan pejanjian.
Maka dapat disimpulkan bilangan yang digunakan dalam skala
interval memiliki 3 fungsi, yakni sebagai berikut;
·
Sebagai
lambang yang berfungsi sebagai pembeda antara satu data dengan data yang
lainnya.
·
Untuk
mengurutkan data sesuai tingkatannya atau meranking suatu data menurut
tingkatannya.
·
Untuk
mengetahui interval antara satu data dengan data yang lainnya ( jarak antara
satu data dengan data yang lainnya)
d) Skala Rasio
Tiga tingkat diatas skala nominal atau dua tingkat
diatas skala ordinal atau satu tingkat diatas skal interval merupakan skala
rasio. Skala rasio memiliki ketiga sifat ang dimiliki oleh skala nominal, skala
ordinal, skala interval. Selain kita bisa membedakan satu data dengan data yang
lainnya karena lambang atau simbol yang diberikan, mengurutkan data berdasakan
tingkatannya dan mengetahui interval antara satu data dengan data yang lainnya
dalam skala rasio kita juga bisa membandingkan anntara satu data dengan data
yang lainnya berdasarkan kuantitatif nilai yang dimiliki oleh data.
Contoh; Dalam suatu keluarga terdapat Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik. Ayah
memiliki tinggi badan 172 sentimeter sedangan Ibu hanya 165 sentimeter serta
tinggi badan kakak dan adik masing-masing adalah 162 sentimetter dan 86 sentimeter.
Dalam skala rasio kita bisa menyimpulkkan tinggi badan Ayah adalah dua kali
lipat dari tinggi badan adik. Berbeda dalam skala interval, pada skala
pengukuran rasiao sudah memiliki titik nol mutlak.
Maka dapat disimpulkan pada
skala pengukuran rasio, angka yang berperan didalamnya memiliki fungsi sebagai
berikut;
·
Sebagai
lambang untuk membedakan antara data satu dengan data yang lainnya.
·
Untuk
mengurutkan peringkat, misal, makin besar bilangannya, peringkat makin tinggi
atau sebaliknya.
·
Untuk dapat memperlihatkan jarak atau perbedaan
antara data yang satu dengan data yang lainya.
·
Rasio (perbandingan) antara satu data dengan
data yang lainnya dapat diketahui dan mempunyai arti.
Titik nol yang digunakan dalam skala rasio merupakan suatu titik mutlak (tidak memiliki nilai) atau bukan
berdasarkan perjanjian
2.2 PENYAJIAN DATA
Setelah
mengumpulkan data baik berasal dari populasi maupun sampel maka kita perlu
menyajikan data tersebut dalam bentuk tertentu untuk keperluan laporan dan atau
analisis selanjutnya. Penyajian data bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk
mengerti data-data yang diberikan. Secara garis besar penyajian data dapat
dilakaukan dengan dua cara, yakni dengan cara tabel atau daftar dan grafik atau
diagram. Berikut merupakan jenis-jenis daftar dan diagram;
a.
Macam-macam atau jenis daftar atau tabel
·
Daftar
baris dan kolom
·
Daftar
kontingensi
·
Daftar
distribusi frekuensi
b.
Macam-macam diagram
·
Diagram
batang
·
Diagram
garis
·
Diagram
lambang atau diagram simbol
·
Diagram
lingkaran
·
Diagram
peta
A. Tabel
Penyajian data dengan menggunakan tabel biasanya
digunakan untuk menyajikan data yang terdiri atas beberapa pariabel dengan
beberapa kategori. Tabel terdiri atas beberapa jenis yakni akan dijelaskan
lebih lanjut sepert dibawah ini;
1. Tabel baris dan kolom
Tabel baris dan kolom atau tabel biasa disajikan
berupa judul tabel judul kolom serta judul baris dan badan daftar tanpa
penyajian pembantu data lain.
Berikut merupakan bentuk umum
suatu tabel.
TABLE’S TITLE
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
Keterangan;
®
Yang
bertuliskan TABLE’S TITLE merupakan judul tabel yang ditulis ditengah-tengah
diatas tabel yang ditulis dengan huruf kapital. Judul tabel mendeskripsikan
secara singkat tentang apa, macam atau klasifikasi, dimana, kapan, dan bila
perlu mencantumkan satuan data yang digunakan.
®
A
smpai E merupakan judul kolom
®
F
smpai M merupakan judul baris dan badan daftar atau sel.
2. Kontingensi
Terkadang data yang diberikan atau disusun terdiri
atas dua faktor atau dua pariabel. Untuk data yang terdiri dari atas dua faktor
atau dua variabel , faktor yang satu terdiri atas b kategori dan yang lainnya
terdiri atas k kategori, dapat dibuat daftar kontingensi berukuran b x k dengan
b menyatakan garis dan k menyatakan kolom. Kontingensi dapat diartikan sebagai tabel yang menunjukkan atau memuat data
sesuai dengan rinciannya.
Berikut merupakan contoh dsri
tabel kontingensi;
JUMLAH MAHASISWA
SEMESTER II
JURUSAN PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
2010
Jenis kelamin
|
Kelas A
|
Kelas B
|
Kelas C
|
Laki-laki
|
12
|
15
|
20
|
Perempuan
|
21
|
23
|
22
|
Jumlah
|
33
|
38
|
42
|
Catatan ; Data karangan
Daftar kontingensi diatas
adalah merupakan daftar kontingensi 2 x 3 karena tediri dari 2 baris dan 3
kolom
3. Tabel Distribusi Frekuensi
Daftar distribusi frekuensi diperoleh dari data
kuantitatif yang dan disusun menjadi beberapa kelompok. Penyajian data dengan
cara ini baik digunakan untuk data berukuran besar (n ≥ 30) bertujuan untuk
mempermudah serta mengefisienkan tempat dan letak pada suatu penulisan.
Berikut merupakan contoh Tabel
distribusi frekuensi dalam bentuk data berkelompok.
DAFTAR TINGGI
BADAN MAHASISWA JURDIK FISIKA SEMESTER II
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
2010
Tinggi badan
|
Banyak mahasisiwa
|
151-155
|
6
|
156-160
|
29
|
161-165
|
32
|
166-170
|
48
|
jumlah
|
115
|
Catatan; data karangan
Keterangan ;
§ Data yang ada di baris tinggi badan
merupakan interval. Urutan kelas disusun dari yang terkecil hingga yang
terbesar.
§ Tinggi badan 151-155 disebut kelas
interval pertama begitupun seterusnya.
§ Kolom “banyak mahasiswa” merrupakan
frekuensi.
§ Nilai yang berada di sebelah kiri dalam
kolom kelas interval (151, 156, 161, 165) disebut ujung bawah, sedangkan nilai
yang disebelah kanannya (155, 160, 166, 170) merupakan ujung atas.
§ Selisi positiv ditambah satu antara kedua
ujung disebut panjang kelas interval (interval tabel diatas adalah 155-151+1 =
5)
§ Jika ujung bawah dikurangi 0,5 atau 0,05
atau 0,005 tergantung ketelitian atau angka dibelakang koma atau ujung atas
ditambahkan dengan nilai yang sama seperti pengurang ujung bawah disebut batas
kelas. Jika data yang disajikan seperti diatas maka untuk memperoleh batas
bawah ataupun batas atas adalah mengurangi ataupun menjumlahkan baujung atas
ataupun ujung bawah dengan 0,5.
Berikut
merupakan cara membuat tabel distribusi frekuensi;
1)
Urutkan data dari yang terkecil hingga terbesar.
2)
Hitung rentang (R) yaitu data tertinggi dikurang data
terendah.
3)
Hitung banyak kelas dengan aturan dsturges yaitu:
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
n = banyak data, hasil akhirnya
dibulatkan.
Banyak kelas paling sedikit 5 kelas dan paling banyak
15 kelas, dipilih menurut keperluannya.
4)
Tentukan panjang kelas interval dengan rumus:
5)
Tentukan ujung bawah kelas interval pertama. Biasanya
diambila dari data terkecil atau data yang lebih kecil dari data terkecil
tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah di dapat.
6)
Selanjutnya interval kelas pertama dihitung dengan cara
menjumlahkan ujung bawah kelas dengan p tadi dikurang 1. Demikian seterusnya.
7)
Nilai f dihitung dengan tabel penolong sebagai berikut.
Nilai
|
Tabulasi
|
f
|
|
|
|
|
|
|
8)
Pindahkan nilai f ke tabel distribusi frekuensi.
B.
Grafik
Penyajian data menggunakan grafik merupakan
pengembangan dari penyajian data menggunakan tabel. Penyajian data menggunakan
grafik haruslah mudah dimengerti oleh pembaca, sebab terkadang pemberian
informasi kepada umum hanya disajikan dalam benttuk grafik tanpa adanya tabel
sebagai informasi yang mendukung.
Penyajian dalam bentuk grafik
adalah suatu penyajian data secara visual. Untuk memahami dan
menginterpretasikan data selain dengan menghitung nilai ststiatika deskriptif
kadang-kadang lebih mudah dan cepat memahami data tersebut jika disajikan dalam
bentuk diagram.
Berikut merupakan jenis jenis
grafik;
a. Grafik Batang atau Histogram
Grafik
batang atau diagram batang atau histogram biasanya digunakan pada penyajian
data yang memiliki jangka waktu yang berkeelanjutan. Untuk menggambar diagram
batang terdahulu kita harus menggambar sumbu datar dan sumbu tegak yang
berpotongan tegak lurus. Sumbu datar dibagi menjadi beberapa skela bagian yang
sama demikian pula keadaannya pada sumbu tegak. Skala pada sumbu tegak dan
skala pada sumbu datar tidaklah harus sama. Jika ingin membuat diagramnya tegak
maka sumbu datar kita pakai untuk menyatakan waktu sedangkan sumbu tegak kita
pakai untuk menunjukan keterangan nilai.
Contoh; Dari tabel dibawah ini
buatlah grafik batanganya.
DATA BANYAK MURID
TIAP KELAS
MAHASISWA JURUSAN
PENDIDIKAN FISIKA SEMESTER II
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
2010
KELAS
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
JUMLAH
|
A
|
12
|
24
|
36
|
B
|
16
|
22
|
38
|
C
|
19
|
24
|
43
|
JUMLAH
|
47
|
70
|
117
|
Catatan ; data karangan
Bentuk diagram batang dari data tabel diatas
adalah;
Catatan ; data karangan
Adapun
langkah-langkah pembuatan grafik diatas adalah;
a)
Membuat
sumbu absis dan ordinat
b)
Absis
kita beri nama nilai dan ordinat dengan nama frekuensi (f)
c)
Membuat
skala pada absis dan ordinat. Perskalaan pada absis tidak perlu sama dengan
ordinat. Ini disesuaikan dengan kebutuhan kita. Yang penting adalah skala pada
absis dapat memuat semua nilai (dan oleh karena histogram dibuat atas dasar
batas nyata maka skala pada ordinat harus dapat memuat frekuensi tertinggi)
d) Mendirikan segi empat pada absis. Tinggi
masing-masing segi empat harus sesuai dengan frekuensi di tiap-tiap nilai
variabelnya. Segi empat-segi empat itu berhimpit satu sama
lain pada batas nyatanya.
e)
Pembuatan
histogram diselesaikan dengan memberi keterangan selengkapnya tentang apa
maksud histogram yang kita buat.
b. Grafik Garis
Grafik garis merupakan suatu grafik yang berupa
garis lurus yang menghubungkan titik tengah suatu data dengan data yang
lainnya. Grafik garis biasanya digunakan untuk menunjukan data yang
berkeinambungan, biasa digunakan dalam menunjukan hasil pengeluaran prusahaan
tiap tahunnya ataupun yang lain seperti penerimaan mahasiswa baru tiap tahunnya
di Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam diagram
garis waktu biasanya ditempatkan pada sumbu datar (sumbu X) dan nilai data pada sumbu tegak (sumbu Y)
sehingga diperoleh titik-titik koordinat. Jika titik-titik yang berturutan
dihubungkan oleh garis lurus, maka akan diperoleh diagram garis.
Contoh ; buatlah diagram garis dari informasi yang
diberikan tabel berikut;
DAFTAR MINAT SISWA KELAS III SMA N 1
TEGALLALANG TERHADAP JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA, MATEMATIKA, BIOLOGI DAN KIMIA
DARI TAHUN 2005-2010
TAHUN
|
FISIKA
|
KIMIA
|
MATEMATIKA
|
BIOLOGI
|
JUMLAH
|
2005
|
20
|
12
|
21
|
11
|
64
|
2006
|
22
|
11
|
20
|
12
|
65
|
2007
|
24
|
16
|
24
|
13
|
77
|
2008
|
27
|
25
|
27
|
15
|
94
|
2009
|
28
|
21
|
30
|
18
|
97
|
2010
|
33
|
32
|
31
|
17
|
113
|
JUMLAH
|
154
|
117
|
153
|
86
|
510
|
Catatan ;
data karangan
Berikut
merupakan diagram garis dari data diatas;
Catatan ; data karangan.
c. Diagram Lingkaran
Diagram
lingkaran merupakan suatu diagram yang difungsikan untuk menyajikan data dalam
bentuk lingkaran baik menggunakan data absolut maupun relatif. Untuk membuat
diagram lingkaran pertama-tama kita harus membuat lingkaran terlebih dahuku
lalu dibgi-bagi menjadi beberapa sektor. Tiap sektor melukiskan kategori data
yang terlebih dahulu diubah kedalam derajat. Karena sudut yayng dibentuk
lingkaran adalah 360 derajat maka persentase per bagian dapat kita cari dengan
menggunakan rumus , n merupakan jumlah nilai yang
dicantumkan pada sudut tersebut.
Contoh; Buatlah diagram
lingkaran dari data berikut
DAFTAR ASAL KOTA
MAHASISWA KELAS B SEMESTER II JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN FISIKA
2010
KOTA
|
FREKUENSI
|
GIANYAR
|
12
|
BULELENG
|
10
|
JEMBRANA
|
9
|
TABANAN
|
7
|
KARANGASEM
|
6
|
BANGLI
|
5
|
KLUNGKUNG
|
4
|
DENPASAR
|
2
|
|
55
|
Catatan ; data karangan
Berikut mrupakan diagram lingkaran dari informasi
diatas;
Catatan ; Data karangan
d. Kartogram
Diagram katogram merupsksn diagram yang digunakan dalam pembuatan peta
yang menggunakan suatu perbandingan. Dalam pembuatannya digumnbakan peta
geografis tempat data terjadi. Dengan demikian ini melukiskan keadaan
dihubungkan dengan tempat kejadiannya. Salah satu contohnya adalah pembuatan peta
bumi. Contoh lain adalah tentang rata-rata pertumbuhan penduduk di suatu
daerah.
2.3 UKURAN KECENDERUNGAN GEJALA MEMUSAT
Dalam data yang disajikan dengan menggunakan table maupun
grafik, tidak diberikan gambaran yang lebih lanjut mengenai data yang
disajikan. Msks untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan
data mengenai suatu data baik mengenai populasi ataupun sempel. Ukuran gejala
memusat dijelaskan berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median) dan nilsi
yang paling sring muncul (modus).
a.
Mean (rata-rata)
Rata-rata hitung untuk data
kuantitatif yang terdapat pada sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi
jumlah nilai data oleh banyak data. Rata-rata untuk sampel disimbulkan dengan sedangkan rata-rata
untuk populasi dipakai simbul µ. Jadi adalah statistik sedangkan µ adalah parameter untuk menyatakan rata-rata.
Adapun persamaannya yaitu:
Untuk data dalam daftar frekuensi, rata-rata hitung dapat dicari dengan
persamaan:
Kita juga dapat menentukan rata-rata gabungan yaitu rata-rata dari
beberapa sub sampel yang dijadikan satu. Jika k merupakan sub sampel
masing-masing keadaan berikut:
sub sampel 1: berukuran n1 dengan rata-rata
sub sampel 2: berukuran n2 dengan rata-rata
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
Sub sampel k: berukuran nk dengan rata-rata
Maka rata-rata gabungan dari k buah sub sampel dapat dicari dengan
persamaan:
Cara untuk menghitung rata-rata dari data dalam daftar distribusi
frekuensi dengan cara sandi atau cara singkat yang mana dalam daftar tersebut
panjang intervalnya sama besar. Cara tersebut diperoleh dengan persamaan:
Contoh; daftar nilai dari seorang siswa adalah sebagai berikut
Matematika = 9
Fisika = 9
Biologi = 8
Kimia = 8
Sejarah =7
Ppkn = 7
Agama = 8
B.P = 8
Tentukan mean dari data diatas;
Kita ketahui banyak data diatas adalah 8
serta jumlah dari nilai semua data adalah 9+9+8+8+7+7+8+8 = 64
Maka mean dari
data diatas adalah
b.
Median (nilai tengah)
Median merupakan nilai tengah suatu data dimana didapat
setelah menyusun data tersebut berdasarkan tingkatannya, baik dari ttertinggi
ke terendah ataupun sebaliknya. Kalau
nilai median sama dengan Me, maka 50% dari data harga-harganya paling tinggi
sama dengan Me sedangkan 50% lagi harga-harganya paling rendah sama dengan Me.
Jika banyak data ganjil, maka nilai median Me, setelah data disusun menurut
nilainya merupakan data paling tengah.
Kita kembali ke contoh pada mean diatas ;
Contoh; daftar nilai dari seorang siswa adalah sebagai berikut
Matematika = 9
Fisika = 9
Biologi = 8
Kimia = 8
Sejarah =7
Ppkn = 7
Agama = 8
B.P = 8
Bahasa Indonesia = 9
Berapakah mediannya..?
Kita dapat menjawabnya dengan cara mengurutkan nilainya terdahulu yaitu
berbentuk 7,7,8,8,8,8,9,9,9
Me = n+1/2 = 10/2 = 5
Jadi letak mediannya adalah berada pada urutan ke 5 yaitu 8.
Itu berlaku hanya jika datanya berjumlah ganjil, jika datanya berjumlah
genap maka dapat dicari dengan perumusan 1/2(n/2 + n+1/2 ).
Jika datanya fdalam beentuk berkelompok, maka dapat dicari dengan
perumusan;
Keterangan :
b = batas bawah kelas median, ialah
kelas dimana median akan terletak,
p = panjang kelas median,
n = ukuran sampel atau banyak data,
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda
kelas lebih kecil dari tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
c.
Modus (nilai yang paling sering muncul)
Modus (Mo)
merupakan ukuran yang dugunakan untuk menyatakan fenomena yang paling banyak
terjadi atau paling banyak muncul. Secara tidak disadari, ukuran ini juga
sering digunakan untuk menentukan rata-rata data kualitatif. Misalnya,
Kecelakaan lalu lintas yang terjadi sering disebabkan oleh kecerobohan
pengemudi dalam berkendara. Dari kalimat diatas, dapat kiata lihat bahwa
kecelakaan lalu lintas merupakan modusnya.
Dapat kembali kita lihat pada cotoh diatas, 7,7,8,8,8,8,9,9,9
merupakan nilai dari seoran siswa. Berapakah modusnya ????
Kita lihat nilai 7 muncul 2 kali
Nilai 8 muncul 4 kali
Serta nilai 9 muncul 3 kali
Maka dengan sah kita bisa menyebutkan bahwa 8 merupakan
modos dari data diatas.
Jika data kuantitatif yang
telah disusun dalam bentuk data berkelompok (daftar distribusi frekuensi), modusnya dapat ditentukan dengan persamaan :
Keterangan :
b = batas bawah kelas moda, ialah kelas interval dengan frekuensi
terbanyak,
p = panjang kelas modal,
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda
kelas modal,
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi
frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda
kelas modal.
2.4 UKURAN LETAK
Kuartil
Kuartil
merupakan bilangan pembagi yang terdapat dalam sekumpulan data yang membagi
data menjadi 4 bagian sama banyak. Ada
tiga macam kuartil yaitu kuartil pertama, kuartil kedua, kuartil ketiga, yang
mading-masing disingkat dengan K1, K2, K3 yang
pemberian namanya dimulai dengan nilai kuartil yang paling kecil. Ada tiga
tahapan untuk menentukan nilai kuartil yaitu :
·
susun
data menurut urutan nilainya,
·
tentukan
letak kuartil,
·
tentukan
nilai kuartil
Letak kuartil ke i, diberi
lambang Ki yang ditentukan dengan persamaan :
Letak Ki = data ke
Dengan i = 1, 2, 3
Contoh :Berikut
merupakan nilai ujian kalkulus 2 Kelas B
mendapatkan nilai sebagai berikut : 75, 73, 65, 78, 77, 85, 95, 92, 87, 56, 90,
80, 70, 60, 88, 80, 95, 68.
Seperti syarat yang telah dikemukaakan tadi maka data harus kita urut
dahulu : 56, 60, 65, 68, 70, 73, 75, 77,
78, 80, 80, 85, 78, 88, 90, 92, 95, 95.
Letak K1 = data ke = data ke-, yaitu antara data ke-4 dan data ke-5 yang jaraknya ¾ jauh
dari data ke-4.
K1 = 68 + ¾(70-68) = 69½.
Dengan cara yang sama kita juga bisa mencari K2
dan K3.
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi
frekuensi, kuartil Ki ( i = 1, 2, 3) dihitung dengan persamaan :
dengan i = 1, 2, 3
Keterangan :
b = batas bawah kelas K, ialah kelas interval dimana Ki
akan terletak,
p = panjang kelas Ki,
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda
kelas Ki,
f = frekuensi kelas Ki.
Contoh : Nilai Ujian Kalkulus
2 untuk 47 orang mahasiswa sebagai
berikut:
NILAI UJIAN
|
fi
|
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
96-100
|
6
5
5
9
10
3
1
4
|
Jumlah
|
44
|
Untuk menentukan kuartil ketiga K3 kita perlu ¾ x 44 = 33 data, sehingga
K3 terletak dalam kelas interval ke-5 dan kelas ini merupakan kelas K3, dan
didapat b = 80,5 ; p = 5 ; f = 10 dan F = 25. Jadi,
Desil
Desil
merupakan pembagi yang terdapat dalam sekumpulan data yang dibagi menjadi 10
bagian yang sama yang mana didapat sembilan pembagi, sehingga terdapat sembilan
jenis desil yang terdiri dari desil pertama, desil kedua, . . . ., desil
kesembilan yang masing-masing diberi nama dengan D1, D2, . . . , D9. Desil
dapat dicari dengan tiga jalan yaitu ;
- susun data menurut urutan nilainya,
- tentukan letak desil,
- tentukan nilai desil.
Letak desil ke i, diberi
lambang Di, dapat dicari dengan rumus ;
Letak Di = data ke
dengan i = 1, 2, . . . ., 9.
Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, nilai Di (i = 1,
2, . . . . , 9) dapat dicari dengan persamaan :
dengan i = 1, 2, . . . , 9
Keterangan :
b = batas bawah kelas Di, ialah kelas interval dimana Di akan
terletak,
p = panjang kelas Di,
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda
kelas Di,
f = frekuensi kelas Di.
Persentil
Persentil merupakan sekumpulan data yang dibagi menjadi 100
bagian yang sama akan menghasilkan 99 pembagi yang berturut-turut, sehingga
terdapat 99 persentil yang mana masing-masing dinamakan dengan persentil pertama, persentil kedua, . . . .,
persentil ke-99 yang diberi simbol berturut-turut P1, P2,
. . . ., P99.
Letak persentil untuk sekumpulan data ditentukan oleh persamaan
:
Letak Pi = data ke
dengan i = 1, 2, . . . , 99.
Contoh :
Sedangkan nilai Pi
untuk data dalam daftar distribusi frekuensi dihitung dengan persamaan ;
dengan i = 1, 2, . . . ., 99.
Keterangan :
b = batas bawah kelas Pi, ialah kelas interval dimana Pi
terletak,
p = panjang kelas Pi,
F = jumlah frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda
kelas Pi,
f = frekuensi kelas Pi.
2.5 UKURAN SIMPANGAN DAN VARIASI
- Rentang, Rentang antar Kuartil, dan Simpangan Kuartil
Rentang merupakan
urukarn variasi yang paling mudah ditentukan yang memiliki persamaan sebagai
berikut :
rentang = data terbesar – data terkecil
Contoh : Terdapat kumpulan data
sebagai berikut : 1, 22, 68, 98, 98, 234, 675
Dari data di atas dapat dilihat bahwa data terbesar adalah 675 dan data
terkecil adalah1, sehingga rentangannya menjadi
Rentang = data terbesar –
data terkecil
= 675 – 1
= 674
Karena sangat
mudah untuk menghitungnya, rentang ini banyak sekali digunakan dalam cabang
lain dari statistika yakni statistika industri.
Rentang antar
kuartil merupakan selisih antara K3 dan K1 yang dapat
dicari dengan persamaan :
Keterangan
:
RAK = rentang antar kuartil,
K3 = kuartil ketiga,
K1 = kuartil pertama.
Simpangan kuartil atau deviasi kuartil
atau disebut juga dengan rentang semi kuartil merupakan harga setengah dari
rentang antar kuartil. Simpangan Kuartil (SK) dapat dicari dengan persamaan :
- Rata-Rata Simpangan
Jika kita mendapatkan data hasil pengamatan berupa x1,
x2, . . . , xn dengan rata-rata . Rata-rata simpangan dari data tersebut dapat dicari, namun harus menentukan
jarak antara tiap data dengan rata-rata yang ditulis dengan |
xi-x |. Jika jarak | x1-x
|, | x2-x |, . . . , | xn-x | dijumlahkan, kemudian
dibagi dengan jumlah data (n) maka diperoleh rata-rata simpangan (RS) atau
rata-rata deviasi yang dapat dirumuskan dengan :
- Simpangan Baku
Simpangan baku
atau standar deviasi merupakan ukuran simpangan yang paling banyak digunakan. Varians
merupakan pangkat dua dari simpangan
baku sehingga simpangan baku dilambangkan dengan s, sedangkan varians
dilambangkan dengan s2. Jika terdapat sampel uang berukuran n dengan data
x1, x2, . . . , xn dan rata-rata maka statistik s2
dapat dihitung dengan :
atau
Sehingga nilai simpangan baku (s) dapat
dicari dengan penarikan akar
yang positif dari s2( dikarenakan pada akar dari varians
dikasih tanda mutlak).
- Bilangan Baku dan Koefisien Variasi
Jika kita mendapatkan data hasil pengamatan berupa x1,
x2, . . . , xn dan memiliki rata-rata serta simpangan baku
s, kita dapat membentuk data baru yang berupa z1, z2, . .
. , zn dengan persamaan :
untuk i = 1, 2, . . .
. , n.
Bilangan yang didapat berupa bilangan z
mempunyai rata-rata = 0 dan simpangan baku = 1. Bilangan yang diperoleh dengan cara
mengubah keadaan atau model baru, atau tepatnya distribusi baru yang mempunyai
rata-rata 0 dan
simpangan baku s0 yang ditentukan disebut dengan bilangan
baku atau bilangan standar yang dapat dirumuskan dengan :
2.6 SKEWNESS DAN KURTOSIS
a. Skewness ( kemiringan )
Skewness
merupakan pengukuran ketidaksimetrisan atau kecondongan sebaran data di sekitar
rata-ratanya. Skewness dapa didapat melalui persamaan berikut:
Kemiringannya
dapat diperoleh dengan dua persamaan berikut:
b.
Kurtosis
(keruncingan)
Kurtosis merupakan
tinggi rendahnya atau runcing datarnya bentuk suatu kurva yang bertitik tolak
dari kurva model normal atau distribusi normal.
|
|
|
Salah satu ukuran kurtosis adalah koefisien
kurtosis yang diberi simbul a4, yang ditentukan dengan persamaan :
Kriteria yang didapat dari persamaan di atas adalah :
a. a4 = 3 distribusi
normal
b. a4 > 3 distribusi
leptokurtik
c. a4 < 3 distribusi
platikurtik
Untuk menyelidiki normal
atau tidaknya suatu distribusi sering digunakan koefisien kurtosis persentil
(κ) yang dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
SK = rentang semi antar kuartil
K1 = kuartil pertama
K3 = kuartil ketiga
P10 = persentil
kesepuluh
P90 = persentil ke-90
P90 - P10 =
rentang 10-90 persentil
Untuk model distribusi normal, nilai κ = 0,263
No comments:
Post a Comment