HAKIKAT
MATEMATIKA
Abstrak
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta
analisa manusia. Matematika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan.
Walaupun memiliki banyak peranan, namun banyak yang belum mengetahui pengertian
matematika itu sendiri. Ada banyak pengertian dari matematika itu sendiri. Ada
yang berpendapat, matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak
dan terorganisisr secara sistematik, matematika adalah pengetahuan tentang
bilangan dan kalkulasi, matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan, dan lain sebagainya. Selain itu, matematika
dikenal sebagai ilmu deduktif, ilmu terstruktur dan juga matematika sebagai
ratu dan pelayan ilmu. Matematika sebagai ilmu deduktif yaitu dalam matematika,
kebenaran dalam setiap pernyataannya harus didasarkan pada kebenaran pernyataan
sebelumnya dan dalam matematika pernyataan awal dikenal dengan istilah aksioma.
Matematika sebagai ilmu terstruktur yaitu matematika mempelajari tentang pola
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan,
ke aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema dan yang terakhir matematika
sebagai ratu dan pelayan ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber
dari ilmu yang lain. Dengan perkataan lain, perkembangan matematika tak
tergantung pada ilmu-ilmu lain.
Kata
Kunci : Matematika, Induktif, Terstruktur, Ratu dan Pelayan Ilmu, Ilmu
Tentang Pola dan Hubungan, Semesta
Pembicara, Konsisten pada Sistem, Kesepakatan, Simbol Kosong dari Arti
A. PENDAHULUAN
Dalam
filsafat ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan
tertentu secara rasional. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat
yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu,
tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran
ilmu tertentu. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat amat penting bagi
seluruh manusia di dunia ini. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat
tidak pernah habis bila kita pelajari karena ilmu pengetahuan itu sangat luas.
Semua orang ingin menggali ilmu pengetahuan setinggi-tingginya untuk menambah
wawasan yang dikuasai. Pada zaman seperti sekarang, banyak jalan yang dapat
digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan selain dengan cara membaca seperti
semboyan yang mengatakan “banyak jalan
menuju Roma”. Jadi, ilmu pengetahuan sangat penting bagi semua orang untuk
masa depan.
Filsafat
ilmu pengetahuan merupakan salah satu cabang yang mempersoalkan mengenai
masalah hakikat pengetahuan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu ilmu
pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan
tentang hakikat pengetahuan. Dalam filsafat ilmu dipelajari mengenai ilmu dan
matematika sebab, ilmu tanpa matematika tidak berkembang serta,
matematika tanpa ilmu tak ada keteraturan. Dengan pengetahuan manusia dapat
mengembangkan mengatasi kelangsungan hidupnya, memikirkan hal-hal yang baru dan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang khas di muka bumi ini. Begitu erat
hubungan matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya sehingga terkadang
matematika tersebut terdapat di semua bidang ilmu lainnya.
Matematika
memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan
dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu
matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain-lain. Matematika adalah ilmu
universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
memajukan daya pikir serta analisa manusia. Peran matematika dewasa ini semakin
penting, karena banyaknya informasi yang disampaikan orang dalam bahasa
matematika seperti, tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain-lain. Matematika digunakan di seluruh
dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran atau medis, ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Dengan demikian, pendidikan
matematika mampu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang
ditandai memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Oleh karena itu mata pelajaran matematika
sangat perlu diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari taman kanak kanak.
Namun kebanyakan orang ataupun guru mengajarkan matematika tanpa pernah mengajarkan
atau menjelaskan mengenai hakikat matematika itu sendiri. Jadi siswa yang
diajarkan juga kurang mengetahui hakikat dari matematika tersebut.
Untuk
lebih jelasnya penulis akan mengkaji hakikat matematika tersebut dalam makalah
ini yang meliputi pengertian matematika, karakteristik matematika sebagai ilmu deduktif, juga ilmu terstruktur, matematika adalah
ratu dan pelayan ilmu, matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan,
matematika memperhatikan semesta
pembicara, matematika konsisten pada sistem, matematika bertumpu pada
kesepakatan, matematika memiliki simbol kosong dari arti.
B.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Matematika
“Apakah
matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal ini dikarenakan sampai
saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian matematika karena pengetahuan
dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbeda-beda. Ada yang
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika
merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah
ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis,
matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur,
matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian
bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri
dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Kata matematika berasal
dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani
mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata
mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148). Istilah mathematics (Inggris), mathematik
(Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia),
atau mathematick/ wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan lain matematika,
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, μαθηματικά - mathēmatiká, yang berarti “ Relating to learning”.
Matematika
terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian
pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep
matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami
oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa
matematika atua notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep
matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika. Dapat dikatakan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola
hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada
hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar
konsep dan strukturnya.
Ada beberapa definisi dari beberapa para ahli
mengenai matematika, diantaranya seorang matematikawan Benjamin
Peirce menyebut matematika
sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert
Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada
kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk
kepada kenyataan”.
Lain
halnya dengan Russefendi (1988 : 23)
yang mengatakan bahwa matematika terorganisasikan dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan
dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
James dan James (1976) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu
aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris
dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
Selain
itu ada juga pendapat dari Johnson dan
Rising(1972) yang menyatakan matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan
struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsure yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori
yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau
ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada
keterurutan dan keharmonisannya.
Lain
halnya dengan Reys - dkk
(1984), matematika
adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,
suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Kline (1973) matematika itu bukan
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Roy Hollands ”matematika
adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai
banyak cabang”. Secara luas matematika tidak hanya berhubungan dengan
bilangan-bilangan tetapi lebih luas ia berhubungan dengan alam semesta. The
Liang Gie mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret yang
mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to grant him
comprehension of the universe, yang artinya matematika
adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan
pemahaman mengenai jagat raya.
Menurut Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu
sebagai berikut:
·
Matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
·
Matematika
adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic
·
Matematika
adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme
sosial yang memenuhi tiga premis sebagai berikut: i) The basis of mathematical knowledge is linguistic
language, conventions and rules, and language is a social constructions;
ii) Interpersonal social processes are required to
turn an individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into
accepted objective mathematical knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social.
(Ernest, 1991:42). Selain Ernest, terdapat sejumlah tokoh yang memandang
matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial. Misalnya, Dienes
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika
harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. (Ruseffendi, 1988:160).
Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme
sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai
makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara
berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing
that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai
mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan.
(Romberg, T.A. 1992: 752).
Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen
dalam kegiatan matematika. (Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika
terdiri atas komponen-komponen: bahasa (language) yang dijalankan oleh para
matematikawan, pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan,
pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, alasan
(reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan ide matematika
itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science
of pattern.
Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5)
mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.
Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik
dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika
sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
Pengertian yang lebih plural tentang matematika dikemukakan oleh Freudental
(1991:1). Dia mengatakan bahwa “mathematics look like a plural as it still
is in French Les Mathematiques .Indeed, long ago it meant a plural: four arts
(liberal ones worth being pursued by free men). Mathematics was the quadrivium,
the sum of arithmetic, geometry astronomy and music, held in higher esteem than
the (more trivial) trivium: grammar, rhetoric and dialectic. …As far as I am
familiar with languages, Ducth is the only one in which the term for
mathematics is neither derived from nor resembles the internationally
sanctioned Mathematica. The Ducth term was virtually coined by Simon
(1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker, sure and
certain, is that which does not yield to any doubt, and kunde means, knowledge,
theory.
Dari sisi abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri
utama matematika, yaitu; matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat,
matematika berkembang dan digunakan lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain, dan
matematika lebih terkonsentrasi pada konsep. (Jackson, 1992:755).
Selanjutnya, pendapat para ahli mengenai matematika yang lain, di
antaranya telah muncul sejak kurang lebih 400 tahun sebelum masehi, dengan
tokoh-tokoh utamanya Plato (427–347 SM) dan seorang muridnya Aristoteles
(348–322 SM). Mereka mempunyai pendapat yang berlainan. Plato
berpendapat, bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir,
walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan
lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia
mengadakan perbedaan antara aritmetika (teori bilangan) dan logistik (teknik
berhitung) yang diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh positif karena
memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas mental abstrak pada
objek-objek yang ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai
representasi yang bermakna.
Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu
al-hisab yang berarti ilmu berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan
ilmu pasti dan ilmu hitung. Sebagian orang Indonesia memberikan plesetan
menyebut matematika dengan “matimatian”, karena sulitnya mempelajari
matematika. (Abdusysyakir, 2007:5). Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan
satu cabang matematika elementer yang disebut aritmetika atau ilmu hitung yang
secara informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang
bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst,
melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur,
perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian
bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan
aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu
tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. menurut Sumardyono
(2004:28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut,
di antaranya:
·
Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu
bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas
beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif,
dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corolly/sifat).
·
Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga
sering dipandang sebagai alat dalammencari solusi pelbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
·
Matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya
suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya
apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
·
Matematika sebagai cara bernalar (the way of
thinking). Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak
karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang
sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran
matematika yang sistematis.
·
Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol
merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah
bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan
pada suatu konteks.
·
Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran
yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif
dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan
seni berpikir yang kreatif.
Meskipun diberikan pengertian matematika dengan
panjang lebar secara tertulis atau lisan penjelasannya, belum memberikan
jawaban secara utuh yang dapat dipahami secara menyeluruh tentang apa
matematika itu. Menurut Courant dan Robbin bahwa untuk dapat mengetahui apa
matematika itu sebenarnya, seseorang harus mempelajari sendiri ilmu matematika
tersebut. Matematika dapat kita pelajari dengan baik bila disertai dengan
mengerjakannya. Dalam proses bekerja tersebut diperlukan keterlibatan berpikir
yang kita sebut dengan berpikir kritis. Karena matematika
dapat ditinjau dari semua sudut, dan memasuki seluruh segi kehidupan manusia
baik dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2.2
Matematika
sebagai Ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses
pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Dasar pembuktian deduktif yang berperan besar dalam
matematika adalah kebenaran, suatu pernyataan haruslah didasarkan pada
kebenaran pernyataan-pernyataan sebelumnya. Penarikan kesimpulan yang demikian
ini sangat berbeda dengan penarikan kesimpulan pada penalaran induktif yang
dipaparkan pada hasil pengamatan atau eksperimen terbatas.
Dalam penalaran deduktif, kebenaran dalam setiap pernyataannya
harus didasarkan pada kebenaran pernyataan sebelumnya. Mungkin timbul
pertanyaan bagaimana menyatakan kebenaran dari pernyataan yang paling awal?
Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penalaran deduktif diperlukan beberapa
pernyataan awal atau pangkal sebagai “kesepakatan” yang diterima kebenarannya
tanpa pembuktian. Pernyataan awal atau pernyataan pangkal dalam matematika
dikenal dengan istilah aksioma atau postulat. Dalam
matematika, suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil belum dapat diterima
kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Sebagai contoh dalam Ilmu Pengetahuna Alam (IPA), bila seseorang
melakukan percobaan memanaskan sebatang logam, ternyata logam yang dipanaskan
tersebut akan memuai. Kemudian sebatang logam lainnya dipanaskan ternyata
memuai juga, dan seterusnya mengambil beberapa contoh jenis-jenis logam lainnya
dan ternyata selalu memuai jika dipanaskan. Dari percobaan ini dapat dibuat
kesimpulan atau generalisasi bahwa setiap logam yang dipanaskan itu memuai.
Kesimpulan atau generalisasi seperti ini merupakan hasil penalaran secara
induktif. Generalisasi seperti ini dalam IPA dibenarkan.
Contoh dalam IPA seperti tersebut di atas, secara matematika belum
dapat dianggap sebagai generalisasi. Dalam matematika, contoh-contoh seperti
itu baru dapat dianggap sebagai generalisasi bila kebenarannya dapat dibuktikan
secara deduktif.
Sekarang kita akan mengambil beberapa contoh generalisasi yang
dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam matematika. Generalisasi yang
dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan
secara deduktif.
Contoh 1:
Pernyataan: jumlah
dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap.
+
|
1
|
3
|
5
|
1
|
2
|
4
|
6
|
7
|
8
|
10
|
12
|
9
|
10
|
12
|
14
|
Tabel
2.1 Penjumlahan Bilangan Ganjil
Perhatikan hasil penjumlahan pada tabel 1. Apa yang bisa Anda
katakan? Tentunya Anda akan mengatakan bahwa setiap dua bilangan ganjil jika
dijumlahkan hasilnya selalu genap.
Dalam matematika tidak dibenarkan membuat generalisasi atau
membuktikan dengan cara demikian. Walaupun Anda menunjukkan sifat itu dengan
mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi. Matematika tetap tidak
membenarkan membuat generalisasi yang mengatakan bahwa jumlah dua bilangan
ganjil adalah genap, sebelum membuktikannya secara deduktif.
Bukti deduktif
ð
Misalkan m dan n sebarang
dua bilangan bulat,
ð
maka 2m + 1 dan 2n +
1 masing-masing merupakan bilangan ganjil.
ð
Jika kita jumlahkan:
(2m + 1) +
(2n + 1) = 2(m + n + 1)
ð Karena m dan n bilangan bulat, maka (m + n
+ 1) bilangan bulat, sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan
genap
ð
Jadi jumlah dua bilangan ganjil
selalu genap.
Contoh 2
Jumlah ketiga
sudut dalam sebuah segitiga adalah 1800.
Misalnya
siswa mengukur ketiga sudut sebuah segititga dengan busur derajat dan menjumlahkan ketiga sudut tersebut, ternyata hasilnya sama dengan
1800.
Walaupun proses pengukuran dan penjumlahan ketiga sudut ini diberlakukan
kepada segitiga-segitiga yang lain dan hasilnya selalu
sama dengan 1800, tetap kita tidak dapat menyimpulkan
bahwa jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dnegan 1800, sebelum membuktikan secara deduktif.
d
|
c
|
a
|
b
|
Garis a // garis b, dipotong
oleh garis c dan garis d, maka terbentuk Ð 1 , Ð 2 , Ð 3 , Ð 4 , Ð 5.
Ð 1 + Ð 2 + Ð 3 = 1800 (membentuk
sudut lurus)
Ð 1 = Ð 4 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
Ð 3 = Ð 5 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
Maka: Ð 1 + Ð 2 + Ð 3 = Ð 4 + Ð 2 + Ð 5 = 1800 Karena Ð 4 + Ð 2 + Ð 5 merupakan jumlah dari ketiga sudut dalam pada sebuah segitiga, maka
dapat disimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 1800.
Dari uraian-uraian di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa
matematika itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan pada
pembuktian secara deduktif.
2.3
Matematika
sebagai Ilmu Terstruktur
Menurut
Ruseffendi (Tim MKPBM, 2001;25) matematika mempelajari tentang pola
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan,
ke aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarki, terstruktur, logis, dan sistematis mulai
dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk
memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah gedung
bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila fondasi
dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-benar dikuasai, agar dapat
memahami konsep-konsep selanjutnya.
Sebagai contoh dapat dilihat susunan topik-topik dalam matematika
yang harus dipelajari terlebih dahulu (dan berikutnya) untuk sampai pada topik
persamaan. Untuk sampai pada topik persamaan tersebut haruslah melalui
jalur-jalur pasti yang telah tersusun. Sebaliknya apabila jalur-jalur itu
dilanggar, maka konsep persamaan tidak akan tertanam dengan baik.
Catatan: Dari diagram di bawah, terlihat
bahwa untuk memahami konsep persamaan memerlukan konsep-konsep lain yang
menjadi prasyaratnya, akan tetapi tidak perlu setiap konsep di bawahnya
dipakai. Cukup dipilih sebuah jalur tertentu, tergantung dari tujuannya.
Untuk lebih memperjelas uraian di atas, marilah kita lihat contoh
berikut ini:
Kita ambil contoh pada satu bagian kecil yang dipelajari dalam
matematika, yaitu dalam geometri. Pada Geometri terdapat unsur-unsur yang tidak
didefinisikan antara lain titik, garis, dan bidang.
Apakah titik itu? Titik dalam
matematika diasumsikan ada, tetapi tidak dinyatakan dalam suatu kalimat yang
tepat untuk mejelaskannya. Sebab titik adalah suatu obyek matematika yang tidak
didefinisikan (unsur primitif). Paling-paling kita hanya mampu untuk sekedar
memberikan gambaran bahwa titik itu tidak mempunyai ukuran panjang, luas, isi,
dan berat. Suatu titik digambarkan hanya untuk membantu pemikiran kita saja.
Meskipun demikian kita sepakat bahwa titik itu ada.
Sedangkan bidang (datar) adalah sesuatu yang bentuknya datar
seperti permukaan meja yang tidak mempunyai batas pinggir. Meskipun kita tidak
mampu untuk memberikan pernyataan dengan tepat, tetapi kita sepakat bahwa
bidang itu ada. Titik dan bidang itu termasuk ke dalam unsur primitif yang
eksistensinya diakui ada. Tanpa pemikiran semacam itu matematika tidak akan
terwujud.
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi itu selanjutnya dapat
dibentuk unsur-unsur matematika yang terdefinisi.
Contoh:
1) Dua garis berpotongan memiliki satu titik sekutu. Titik itu
selanjutnya disebut titik potong.
2) Segitiga adalah lengkungan tertutup sederhana yang merupakan
gabungan dari tiga buah segmen garis (sudah tentu definisi tentang ruas garis,
operasi gabungan, dan lengkungan tertutup sederhana sudah terlebih dahulu
diberikan).
3) Bilangan genap adalah bilangan bulat yang habis dibagi dua
(pengertian bilangan bulat dan habis dibagi sebelumnya telah dipahami).
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan unsur-unsur
terdefinisi dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau
postulat. Misalnya:
1) Melalui sebuah titik sebarang hanya dapat dibuat sebuah garis
ke suatu titik yang lain.
2) Kesamaan ditambah
kesamaan menghasilkan kesamaan.
Pernyataan-pernyataan tersebut di atas tidak perlu dibuktikan
kebenarannya, karena tanpa membuktikannya secara formal sudah dapat diterima
kebenarannya berdasarkan pemikiran logis. Tahap selanjutnya, dari unsur-unsur
yang tidak terdefinisi, unsur-unsur yang terdefinisi, dan aksioma atau postulat
dapat disusun teorema-teorema yang kebenarannya harus dibuktikan secara
deduktif dan berlaku umum.
Misalnya:
± Jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah segitiga adalah 180
derajat (ukuran sudut dalam derajat telah didefinisikan terlebih dahulu).
± Jumlah dua buah bilangan ganjil menghasilkan bilangan genap.
Dan teorema yang telah terbentuk dapat dirumuskan lagi teorema
baru sebagai pengembangan atau perluasannya.
Contoh lainnya dapat kita lihat dari konsep-konsep yang ada dalam
struktur aljabar atau aljabar modern atau aljabar abstrak seperti grup, ring,
field, integral domain dan teorema-teoremanya yang nampak dengan jelas
merupakan suatu sistem matematika yang mempunyai keteraturan struktur yang
terorganisasikan dengan baik.
Ambil contoh lainnya lagi, misalnya geometri modern yang merupakan
suatu sistem matematika aksiomatik, yang memiliki unsur tidak didefinisikan,
unsur yang didefinisikan, postulat atau aksioma dan dalil atau teori yang
dirumuskan dengan jelas. Dinamakan geometri modern karena memiliki istilah,
simbol dan gambar yang akurat yang tidak meragukan, karena tidak mempunyai dua
arti atau lebih. Misalnya pada geometri modern antara ruas garis dan garis
mempunyai simbol dan gambar yang berbeda, sedangkan pada geometri tradisional
sama. Demikian pula tentang kaki-kaki sebuah segitiga sama kaki pada geometri
modern disebut kongruen, sedangkan pada geometri tradisional disebut sama.
Kemudian istilah atau bahasa dalam geometri modern jauh lebih tepat dari pada
bahasa dalam geometri tradisional. Misalnya dalam geometri tradisional kita
sering mengatakan "Luas sebuah segitiga = 10 m2". Dalam
geometri modern kita harus mengatakan “Luas daerah sebuah segitiga=10 m2”.
Alasannya, karena segitiga itu tidak mempunyai luas, yang mempunyai luas adalah
daerah sitiga.
Masih banyak contoh-contoh lainnya yang memperlihatkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan mengenai struktur yang terorganisasikan
dengan baik, dan semua struktur dalam matematika diorganisasikan dengan
sistematis dalam rangkaian urutan yang logis.
2.4
Matematika
sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika
sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai
sumber dari ilmu yang lain. Dengan perkataan lain, perkembangan matematika tak
tergantung pada ilmu-ilmu lain. Banyak cabang matematika yang dulu biasa
disebut matematika murni, dikembangkan oleh beberapa matematikawan yang
mencintai dan belajar matematika hanya sebagai hobby tanpa memperdulikan fungsi
dan manfaatnya untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkembangan teknologi, banyak
cabang-cabang matematika murni yang ternyata kemudian hari bisa diterapkan
dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir. Banyak ilmu-ilmu yang
penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Sebagai contoh, banyak
teori-teori dan cabang-cabang dari Fisika dan Kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep Kalkulus, khususnya tentang Persamaan Diferensial.
Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep Peluang,
Karakteristik Matematika (probabilitas); Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan
Penawaran yang dikembangkan melalui konsep Fungsi dan Kalkulus.
Dari kedudukan
matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan, seperti telah diuraikan di atas,
tersirat bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk
melayani ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, matematika tumbuh dan
berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani
kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Cabang
matematika yang memenuhi fungsinya seperti yang disebutkan terakhir itu
dinamakan dengan matematika terapan (Applied Mathematics).
2.5 Matematika Adalah Ilmu
Tentang Pola dan Hubungan
Matematika
disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep
tertentu atau model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal :
Jumlah a bilangan genap
selamanya sama dengan a2.
Contoh :
a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12.
Selanjutnya 1 dan 3
adalah bilangan-bilangan ganjil jumlahnya adalah 4 = 22. Berikutnya
1, 3, 5,dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan seterusnya. Dari
contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang berupa pola yaitu
jumlah a bilangan ganjil yang berurutan sama dengan a2.
Matematika
disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan lainnya
saling berhubungan.
Misalnya : Antara
persegi panjang dengan balok, antara persegi dengan kubus, antara kerucut
dengan lingkaran, antara 5 x 6 = 30 dengan 30 : 5 = 6. Antara 102 =
100 dengan
=
10. Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya saling berhubungan
seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan analisis.
2.6 Matematika
Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Penyelesaian dalam matematika harus
disesuaikan dengan semesta pembicaraan. Simbol-simbol akan bermakna jika ruang
lingkup pembicaraanya jelas. Jika ruang lingkupnya bilangan, maka
dsimbol-simbol tersebut diartikan bilangan. Contoh : Penyelesaian persamaan
diselesaikan dengan memperhatikan semesta
pembicaraan. Jika semesta pembicaraannya bilangan riil, maka hasilnya adalah
. Tetapi jika semesta pembicaraannya
bilangan bulat maka penyelesaiannya ‘himpunan kosong’.
2.7
Matematika
Konsisten Dengan Sistemnya
Dalam matematika banyak system yang
saling berkaitan satu sama lainnya dan ada juga yang tidak saling berkaitan.
Didalam masing-masing sistem berlaku konsistensi atau ketaatazasan, artinya
bahwa dalam system tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun
definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang diterapkan terlebih dahulu.
Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenaran. Hal ini menjadi masalah matematika harus
konsisten terhadap hasilnya. Menurut Soedjadi( 2000,65), bila diperhatikan satu
per satu karakteristik matematika tersebut, maka dapat dipahami bahwa
matematika yang amat pusing dalam hidup keseharian mereka baik kini maupun masa
yang akan datang. Bila karakteristik tersebut secara sadar dimanfaatkan sebagai
wahana pendidikan jelas memiliki edukasi yang dapat mengarahkan siwa untuk
disiplin atau taat pada peraturan.
2.8
Matematika
Bertumpu Pada Kesepakatan
Kesepakatan
dalam Matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk menghindari pembuktian
yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun dalam pendefinisian.
Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitive. Aksioma yang
disebut juga potulat merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan,
sedangkan konsep primitive bertujuan memberikan pengertian pangkal yang tidak
seharusnya didefinisikan.
2.9
Matematika
Memiliki Simbol Yang Kosong Dari Arti
Matematika
memiliki banyak simbol, baik huruf maupun bilangan. Model matematika x + y = z, belum tentu bermakna atau
berarti. Tidak selalu x, y, z berarti
bilangan. Bilangan-bilangan yang digunakan dalam pembelajaran pun bebas dari
arti atau makna real. Makna huruf dan
operasi tergantung permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model
matematika. Bahkan tanda “+” tidak selalu berarti operasi tambah untuk dua
bilangan, tetapi bisa jadi operasi untuk vector, matriks dan lain-lain. Secara umum, x + y = z masih kosong dari arti, tergantung permasalahannya. Jadi,
model atau symbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna
sesuatu bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini
pula yang membedakan symbol matematika dengan symbol bukan matematika.
Kosongnya arti dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika,
yang dengan sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.
C.
PENUTUP
1.1
Simpulan
Dari
pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya adalah
1. Matematika
adalah
salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan
ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan
cabang dari ilmu pengetahuan alam. Kata matematika berasal dari perkataan Latin
mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula
dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya
belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika
berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
2.
Matematika merupakan ilmu deduktif
yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif)
tetapi generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif. Dasar
penalaran deduktif yang berperan besar dalam matematika adalah kebenaran. Suatu
pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran pernyataan-pernyataan sebelumnya.
Pernyataan awal atau pernyataan pangkal dalam matematika dikenal dengan istilah
aksioma atau postulat.
3. Matematika sebaga ilmu yang terstruktur dimana konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarki, terstruktur, logis, dan sistematis mulai
dari unsur-unsur
yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke
aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema. Dalam
matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami
topik atau konsep selanjutnya.
4. Matematika
sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai
sumber dari ilmu yang lain. Dimana matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya
sendiri sebagai suatu ilmu. Matematika juga sebagai pelayan ilmu karena
melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.
5. Matematika
disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep
tertentu atau model yang merupkan representasinya untuk membuat generalisasi
dan matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu
dengan lainnya saling berhubungan.
6. Matematika
memperhatikan semesta pembicara artinya penyelesaian dalam matematika harus
disesuaikan dengan semesta pembicaraan. Simbol-simbol akan bermakna jika ruang
lingkup pembicaraanya jelas.
7. Matematika
kosisten dengan sistemnya artinya dalam matematika banyak sistem yang saling
berkaitan satu sama lainnya dan ada juga yang tidak saling berkaitan. Didalam
masing-masing sistem berlaku konsistensi atau ketaatazasan, artinya bahwa dalam
system tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun definisi harus
menggunakan istilah atau konsep yang diterapkan terlebih dahulu. Konsistensi
itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenaran.
8. Kesepakatan
dalam Matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk menghindari pembuktian
yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun dalam pendefinisian.
Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitive.
9. Matematika
memiliki symbol yang kosong dari arti maksudnya adalah ia akan bermakna sesuatu
bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang
membedakan symbol matematika dengan symbol bukan matematika. Kosongnya arti
dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan
sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.
1.2 Saran
1. Bagi
pendidik hendaknya sebaiknya mengetahui hal yang paling mendasar dari
matematika. Dalam hal ini mengenai hakikat matematika yaitu pengertian
matematika, matematika sebagai ilmu deduktif, matematika sebagai ilmu
terstruktur, dan matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu sehingga dapat
memudahkan dalam mengajarkan matematika.
2.
Bagi para pendidik juga diharapakan lebih
mengenalkan secara mendalam pengertian dan konsep dalam matematika itu sendiri
khususnya pagi pendidik di tingkat sekolah dasar agar para peserta didik tidak
salah konsep dan pengertian dari awal.
No comments:
Post a Comment