Implikasi Aliran Psikologi Tingkah Laku ( Teori Thorndike , Teori Gagne, Teori
Ausubel dan Teori Skinner) Terhadap Pembelajaran Matematika
Abstraksi
Penganut
psikologi tingkah laku ( behaviourist
) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan
dari luar ( stimulus ) dan
tanggapan dari dalam diri si anak ( response ) yang bisa diamati. Mereka
juga berpendapat bahwa ganjaran ataupun penguatan merupakan kata kunci dalam
proses belajar mengajar. Ganjaran maupun pengetahuan dapat digunakan untuk
memotivasi siswa belajar Matematika jika rasa ingin tahu untuk belajar matematika
belum muncul. Sebagai contoh, guru dapat memberikan pujian pada jawaban yang
benar, tidak menolak begitu saja pendapat
siswanya, memberi nilai 100 atau tanda benar untuk jawaban yang benar.
Untuk memantapkan dan melatih pengetahuan siswa, maka kepada siswa perlu
diberikan PR.
Key word : Behaviourist
PENDAHULUAN
Hal yang terpenting bagi guru matematika
adalah memahami teori-teori yang berkait dengan bagaimana para siswa belajar
dan berpikir sehingga teori tersebut dapat diaplikasikan di kelasnya
masing-masing, sehingga pembelajaran di kelasnya akan menjadi lebih efektif dan
efisien. Seorang guru dapat saja belajar
dari pengalaman mengajarnya. Namun hal seperti itu akan membutuhkan waktu yang
lama, sehingga tidak ada salahnya untuk mempelajarinya dari para ahli ataupun
para pakar di bidang psikologi ataupun teori belajar tersebut. Berdasarkan
pemikiran seperti itulah, selama diklat berlangsung para guru matematika akan
mempelajari mata diklat psikologi pembelajaran matematika, dan modul ini
disusun untuk membantu para guru matematika untuk mempelajari teori-teori belajar
yang telah dikemukakan para ahli. Setiap
ahli akan mengkaji perkembangan intelektual manusia dan akan mempelajari
hakikat belajar dari berbagai segi dan dari berbagai sudut, maka dapat saja
terjadi, antara teori belajar yang satu dengan teori belajar yang lain akan
sama/mirip, saling melengkapi dan tidak tertutup kemungkinan akan ada dua teori
yang sepertinya saling bertentangan. Karena tiap-tiap teori memiliki keunggulan
dan kelemahan sendiri-sendiri, maka hal paling penting yang perlu diperhatikan para
guru seperti yang disarankan Bell (1978) adalah, setelah mempelajari beberapa
teori belajar, para guru matematika hendaknya dapat menggunakan dengan tepat
keunggulan setiap teori tersebut di kelasnya masing-masing.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar menurut pandangan Psikologi
tingkah laku
Penganut psikologi tingkah laku (
behaviourist ) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan
antara rangsangan dari luar ( stimulus ) dan tanggapan dari dalam diri
si anak ( response ) yang bisa
diamati. Mereka juga berpendapat bahwa ganjaran ataupun penguatan merupakan
kata kunci dalam proses belajar mengajar.
B. Teori Thorndike
Edward l. Thorndike (1874-1949)
mengemukan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan law of effect.
Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap
suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan ,teori belajar
stimulus respon yang dikemukakan oleh thorndike ini disebut juga
koneksionisme,teori ini mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan
proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa
dalil:
a. Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Yaitu menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam
melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk
bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan
kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya.
Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi
dirinya.
b. Hukum Latihan (Law Of Exercise) dan
Hukum Akibat (Law Of Effect).
Hukum latihan menyatakan bahwa jika
hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat.
Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin
lemahnya hubungan yang terjadi.
Dalam hukum akibat ini dapat
disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan
memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau
meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Guru yang memberi senyuman wajar
terhadap jawaban anak, akan semakin menguatkan konsep yang tertanam pada diri
anak. Kata-kata “ Bagus”, “Hebat” , ”Kau sangat teliti” dan semacamnya akan
merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan dirinya dalam menguasai
pelajaran.
Disamping itu, Thorndike
mengutamakan pula bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar siswa tergantung
dari kualitas dan kuantitas Stimulus-Respon (SR) dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar. Makin banyak dan makin baik kualitas S-R itu (yang diberikan
guru) makin banyak dan makin baik pula hasil belajar siswa.
Implikasi dari teori ini dalam
kegiatan belajar mengajar sehari-hari adalah bahwa:
1. Dalam menjelaskan suatu konsep
tertentu, guru sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati.
2. Metode pemberian tugas, metode
latihan (drill dan practicc) akan lebih cocok. Karna siswa akan lebih banyak
mendapatkan stimulus sehingga respons yang diberikan pun akan lebih banyak.
3. Dalam kurikulum, materi disusun dari
materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kelas dan tingkat
sekolah. Penguasaan materi yang lebih mudah sebagai akibat untuk dapat
menguasai materi yang lebih sukar.
C.
Teori
Belajar Gagne
Yang akan dibahas pada materi ini adalah dua
teori belajar dari Gagne dalam Bell (1978) yaitu Fakta, Konsep, Prinsip, dan
Skill (FKPS). Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skill (FKPS) Gagne membagi
objek-objek matematika menjadi objek langsung dan objek tak langsung. FKPS
adalah objek langsungnya, sedangkan objek tak langsungnya adalah kemampuan yang
secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek
langsung matematika seperti kemampuan: berpikir logis, kemampuan memecahkan
masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan, ketelitian, dan
lain-lain. Berikut penjelasan mengenai objek langsung matematika.
a.
Fakta
adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, kesepakatan
bahwa kalau tidak ada kurung maka operasi perkalian dan pembagian didahulukan
dari operasi penjumlahan dan pengurangan, serta notasi 5% yang berarti 5/100
dan tidak berarti 5/10 ataupun 5/1000 . Seorang siswa
dinyatakan telah menguasai fakta jika ia dapat menuliskan fakta tersebut dan
menggunakannya dengan benar. Contohnya adalah siswa yang dapatmenyatakan bahwa
25% berarti 25/100 = ¼ ataupun yang menyatakan bahwa 2 + 3 × 5 = 2 + 15=1.
Karenanya, cara mengajarkan fakta adalah dengan menghafal, drill, ataupun
peragaan yang berulang-ulang.
b.
Konsep
adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan
seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contohnya, konsep tentang:
bunga tunggal, bunga majemuk, perbandingan, anuitas, dan deret geometri,
sehingga ketika gurunya mengucapkan “bunga majemuk” misalnya, para siswa telah
paham dengan bunga majemuk tersebut. Karenanya, seorang siswa disebut telah
mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan antara contoh dari yang
bukan contoh. Untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan
atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh dan yang bukan
contoh. Dikenal empat cara mengajarkan konsep, yaitu:
1.
Dengan
menggunakan beberapa contoh dan yang bukan contoh dari konsepyang dibicarakan.
Ketika membahas konsep bentuk akar misalnya, guru
dapat memberi contoh bahwa ,
3, 5, ... merupakan contoh bentuk akar imajiner, namun 4, 9, ataupun v16 bukanlah bentuk akar imajiner karena ketiganya berturut- turut bernilai 2, 3, dan 4
3, 5, ... merupakan contoh bentuk akar imajiner, namun 4, 9, ataupun v16 bukanlah bentuk akar imajiner karena ketiganya berturut- turut bernilai 2, 3, dan 4
2.
Deduktif,
dimulai dari definisi lalu ke contohnya.
3.
Induktif,
dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
4.
Kombinasi
deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya dan
kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu membahas contohnya lalu
kembali membahas definisinya.
c.
Prinsip
adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih.
Contohnya, rumus permutasi k objek dari n objek (
) dan
rumus umum suku ke-n suatu barisan aritmetika
Seorang siswa dinyatakan telah
memahami suatu prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang
ada; dapat mengenal dan memahami
konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut; serta dapat menggunakan prinsip
tersebut pada situasi yang tepat.
d.
Skill
atau keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau
memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya, keterampilan melakukan pembagian
berekor, mengalikan dua bilangan pecahan, merasionalkan penyebut suatu pecahan,
serta menentukan bunga majemuk dengan bantuan tabel ataupun kalkulator. Para
siswa dinyatakan telah memperoleh skilljika ia telah dapat menggunakan prosedur
atau aturan yang ada dengan cepat dan tepat. Untuk itu penggunaan skill ini
tidak pada penghafalan semata melainkan berlandaskan pengertian atau pemahaman
dari suatu materi.
Dalam pemecahan masalah biasanya ada
5 langkah yang harus dilakukan. Yaitu :
1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang
lebih jelas.
2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang
lebih operasional.
3. Menyusun hipotesis hipotesis
alternattif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik.
4. Mengetes hipotesis dan melakukan
kerja untuk memperoleh hasilnya.
5. Mengecek kembali hasil yang sudah
diperoleh.
D. Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar
bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia membedakan
belajar menemukan dengan belajar menerima, jadi tinggal menghafalnya. Tetapi
pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima
pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar
menghafal dengan belajar bermakna.
Pada belajar menghafal, siswa
menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna materi
yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih
dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori
adalah metode mengajar yang baik dan bermakna. Hal ini dikemukan berdasarkan
hasil penelitiannya. Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa
belajar menghafal atau bermakna.
Misalnya dalam mempelajari konsep
Pitagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2= b2+a2
sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan
sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
E. Teori
B.F Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus
dan selanjutnya terhadap burung merpati
menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
1. Law of
operant conditining yaitu jika
timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of
operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin
Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
operant adalah sejumlah perilaku
yang membawa
efek yang sama
terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus
yang
meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Dalam
teori Belajar Skinner (Ruseffendi,
1998,h.171),untuk menguatkan
pemahaman siswa tentang
apa yang baru
dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon
yang antara lain berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran harus
dilanjutkan dengan member ikan
penguatan antara lain
berupa latihan soal-soal. Dengan
demikian teori belajar
yang dominan digunakan
dalam implementasi kurikulum matematika 1968 adalah "Teori Belajar
Skinner". Pada tahun
1975, terjadi perubahan
yang sangat besar
dalam pengajaran matematika di
Indonesia. Di awali
dengan diterapkannya matematika modern.Menurut Ruseffendi
(1979,h.12- 14), matematika modern
tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a.
Terdapat topik-topik
baru yang diperkenalkan
yaitu himpunan, geometri,
bidang dan ruang, statistika
dan probalitas, relasi,
sistem numerasi kuno,dan
penulisan
lambang
bilangan non desimal. Selain
itu diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti
penggunaan himpunan, pendekatan
pengajaran matematika secara spiral , dan pengajaran geometri
dimulai dengan lengkungan.
b.
Terjadi pergeseran
dari pengajaran yang
lebih menekankan pada
hafalan ke pengajaran yang
bersifat rutin
c.
Soal-soal yang
duberikan lebih diutamakan
yang bersifat pemecahan
masalah daripada yang bersifat
rutin.
d.
Adanya kesinambungan
dalam penyajian bahan
ajar antara Sekolah
Dasar dan Sekolah lanjutan
e.
Terdapat penekanan pada struktur
f.
Program pengajaran
pada matematika modern
lebih memperhatikan adanya keberagaman antar siswa
g.
Terdapat
upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
h.
Ada pergeseran
dari pengajaran yang
berpusat pada guru
ke pengajaran yang berpusat
pada siswa
i.
Sebagai
akibat dari pengajan yang berpusat pada siswa,
maka metode pengajaran banyak
digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
j.
Terdapat upaya
agar pengajaran matematika dilakukan
dengan cara menarik,
misalnya melalui per mainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.
PENUTUP
Simpulan
- Bahan pengajaran hendaknya dipecah menjadi bagian-bagian kecil, lalu diurutkan, untuk memudahkan siswa mengaitkan pengetahuan yang baru dengan yang lama. Contoh: membuat grafik fungsi kuadrat, bagian-bagiannya adalah pengertian persamaan kuadrat, pembuat nol fungsi persamaan sumbu simetri parabola, koordinat titik puncak.
- Setiap kali hendak memulai pelajaran, guru hendaknya mengecek kesiapan siswa untuk mempelajari bahan baru, dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan prasyarat yang harus dimilikai siswa.
- Ganjaran maupun pengetahuan dapat digunakan untuk memotivasi siswa belajar Matematika jika rasa ingin tahu untuk belajar matematika belum muncul. Sebagai contoh, guru dapat memberikan pujian pada jawaban yang benar, tidak menolak begitu saja pendapat siswanya, memberi nilai 100 atau tanda benar untuk jawaban yang benar.
- Jika seorang siswa melakukan suatu kesalahan, dan kesalahan itu dipraktekannya berulang-ulang, hal itu akan menjadi kebiasaan baginya dan sukar untuk diperbaiki. Untuk menghindari hal tersebut, guru matematika siswa hendaknya memperbaiki kesalahan siswanya sedini mungkin. Itulah sebabnya, guru disarankan untuk berkeliling dan mengamati pekerjaan siswa agar dapat memperbaiki kesalahan sedini mungkin.
- Untuk memantapkan dan melatih pengetahuan siswa, maka kepada siswa perlu diberikan PR.
CONTOH PEMBELAJARAAN YANG DI
DASARKAN ATAS TEORI GAGNE
Dengan
teorinya gagne menyusun hierarki belajar matemtika untuk belajar aturan maupun
problem solving. Hierarki belajar merupakan susunan yang terdiri dari rangkaian
kemampuan yang sifatnya terbagi menjadi sub – sub yang berkesinambungan yang
harus di kuasai siswa sebelum belajar ke tingkat yang lebih tinggi atau kompleks.
Karena di dalam mempelajari
matematika yang harus secara bertahap hierarki belajar dapat di terapkan dalam
matematika.
Berikut ini contoh dari penerapan
hierarki belajar gagne :
Pokok bahasan : Akar – akar
persamaan kuadrat
Masalah :
Menentukan rumus akar-akar persamaan
kuadrat yang notabene materi ini didapat pada jenjang 3 SMP sehingga akar-akar
persamaan kuadrat di ajarkan namun yang menjadi masalh adalah menentukan
formula atau rumus dalam menentukan akar-akar tersebut agar siswa paham dan
mengerti materi ini.
Penyelesaian :
Dalam penyajian materi siswa di
arahkan agar dapat menemukan rumus tersebut sendiri dengan langkah-langkah
penyelesaian tersetruktur :
1. Tuliskan
bentuk umum dari persamaan kuadrat
2. Tambahkan
kedua ruas dengan (- c )
3. Bagi
kedua ruas dengan a
4. Lengkapi
bentuk kuadrat
Dengan
menambahkan
pada kedua ruas
5. Faktorkan
ruas kiri dan sederhanakan ruas kanan
6. Ambil
akar kuadrat kedua ruas
7. Tambahkan
pada kedua ruas dan sederhanakan
Selanjutnya
siswa dapat memahamiasal muasal rumus untuk menentukan akar akar dari suatu
persamaan kuadrat untuk menguatkan pemahaman siswa , siswa di berikan latihah
berupa soal-soal sehingga siswa nantinya betul-betul memahami rumus dan
pengguanaannya.
No comments:
Post a Comment