Monday, March 5, 2012

HIPOTESIS


BAB V
HIPOTESIS

1.    Pengertian Hipotesis
Hipo berasal dari kata Yunani hupo yang berarti di bawah, kurang atau lemah. Tesa berasal kata Yunani thesis yang berarti teori atau proposisi yang disajikan sebagai bukti. Dengan demikian hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah dan masih perlu dibuktikan/diuji kebenarannya.
Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan mengenai populasi, maka hipotesis tersebut disebut hipitesis statistik
Hipotesis secara garis besar dapat didefinisikan sebagai dugaan sementara yang belum tentu kebenaranya, dan diperlukannya pengujian untuk mengetahui apakah hipotesis ini benar ataukah tidak, namun tujuan dari pengujian hipotesis bukanlah sekedar untuk mengetahui apakah hipotesis benar atau tidak, melainkan apakah hipotesis kita diterima ataukah tidak.
Contoh dari hipotesis dapat dilihat dibawah ini,
a.       Pemerintah berpendapat bahwa kenaikan harga minyak tidak mempengaruhi harga makanan, maka dipurtuskan untuk menaikkan harga minyak.
b.      Seorang produsen lampu pijar berpendapat bahwa jumlah produknya yang rusak kurang dari 4%
c.       Peluang lahirnya anak kambing betina adalah = 0,5.
d.      20% masyarakat merupakan pendukung SBY-Budiono.
e.       Rata-rata pendapatan penduduk di suatu daerah adalah Rp. 40.000, 00 tiap bulannya.
Contoh yang kita perhatikan tadi, jika diperhatikan secara seksama contoh diatas hanyalah sebuah perkiraan dan belum diuji apakah hal tersebut benar ataukah tidak.

2.    Cara merumuskan Hipotesis
sebelum menentukan hipotesis maka kita sebaiknya melakukan langkah-langah seperti dibawah ini,
a.       Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
b.      Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
c.       Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Setelah hal diatas dilakukan maka, seorang peneliti sudah bisa menarik hipotesis, langkah-langkah menyusun hipotesis sebaiknya seperti langkah-langkah dibawah ini.
a.       Membuat kerangka teori lebih dahulu
b.      Mengeksplorasi hubungan yang ada/terjadi dalam permasalahan
c.       Tiap-tiap hipotesis yang dirumuskan selalu dinyatakan dalam bentuk statemen atau pernyataan, bukan dalam bentuk pertanyaan.
d.      Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori, dugaan, pengalaman pribadi atau orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sementara(Mengandung suatu prediksi)
e.       Melibatkan minimal dua variabel penelitian
f.       Harus dapat diuji (testable)




CONTOH
MASALAH:
Apakah dia sudah punya pacar?

HIPOTESIS
Sudah.

MENGUJI HIPOTESIS
Sipeneliti harus meneliti skeseharian dari orang yang digunakan sebagai target praktikumnya, peneliti mengumpulkan informasi yang terkait dari sumber-sumber yang dipercaya dan peneliti juga turun langsung kelapangan untuk membuktikan hipotesisnya.

3.      Kekeliruan dalam pengujian hipotesis
      Dalam penelitian, jika hasil yang didapat jauh berbeda dari hasil yang diharapkan terjadi maka hipotesis tersebut ditolak
      Jika hasil yang didapat dari penelitian mendekati dari hasil yang diharapkan terjadi maka hipotesis tersebut dapat diterima      
      Ada 2 tipe kekeliruan yakni.
1.      Kekeliruan tipe 1
·            Menolak hipotesis yang harusnya diterima
·            Peluang membuat kekeliruan tipe 1 dinyatakan dengan α, sehingga kekeliruan tipe 1 sering disebut kekeliruan α
·            Dalam penggunaanya α sering disebut taraf nyata/taraf signifikan atau taraf arti
2.      Kekeliruan tipe 2
·            Menerima hipotesis yang harusnya ditolak
·            Peluang membuat kekeliruan tipe 2 dinyatakan dengan β, sehingga kekeliruan tipe 2 sering disebut kekeliruan β


Berikut merupakan table tipe kekeliruan, dibuat agar mempermudah untuk mengerti kedua tipe kekeliruan tersebut


KESIMPULAN
KEADAAN SEBENARNYA
HIPOTESIS BENAR
HIPOTESIS
SALAH
TERIMA HIPOTESIS
BENAR
KELIRU
(Kekeliruan Tipe II)
TOLAK HIPOTESIS
KELIRU
(Kekeliruan Tipe I)
BENAR

Kedua peluang tersebut adalah saling berkaitan
Jika α diperkecil maka β akan menjadi diperbesar

α +β = 1
1-α = β
1-β = α


CONTOH KEKELIRUAN
Penelitian yang dilakukan terhadap kecepatan motor merek a dan merk b, secara hasil yang didapatkan membuktikan merek a lebih cepat daripada merek b. namun setelah dilakukan percobaan berupa balap di sirkuit terbuka ternyata mendapatkan motor merk a lebih duluan mencapai finish.
Kekelirian tipe 1 yaitu menolak hipotesis yang sehariusnya diterima, yaitu pada hal ini menyimpulkan bahwa motor b lebih cepat, padahal penelitian menunjukan motor a lebih cepat.
Kekeliruan tipe 2. Yaitu menerima hipotesis yang seharusnya ditolak , dalam keadaan ini menyimpulkan motor a tetap lebih cepat walaupun pada tes berupa balap menunjukan motor b yang lebih cepat.


4.      Langkah pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis atau menolak hipotesis. Agar penentuan salah satu diantara dua pilihan tersebut dan lebih mudah dilakukan, maka digunakan perumusan-perumusan.

Hipotesis sering dinyatakan dengan H, hal ini bertujuan merumuskan dengan singkat dan jelas sesuai dengan persolan yang dihadapi. Supaya nampak adanya dua pilahan, hipotesis H ini perlu didampingi oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini yang merupakan hipotesis tanding untuk H, akan disebut alternatif, dinyatakan dengan A. pasangan H dan A ini tepatnya H melawan A, lebih jauh juga menentukan kriteria pengujian yang terdiri dari daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis. Daerah penolkan hipotesis sering pula dikenal dengan daerah kritis.
                        Tujuan dari langkah pengujian hipotesis ini adalah Untuk memperoleh kesimpulan serta keputusan untuk menerima ataupun menolak hipotesis secara tepat. Dalam hal ini terdapat dua pilihan yang berlawanan yakni Hipotesis  dinyatakan dengan H Sedangkan A marupakan  pernyataan lain yang isinya berlawanan atau hipotesis tandingannya. Pasangan H dan A disebut H melawan A yang merupakan penentu daerah penerimaan atau penolakan Hipotesis.

5.      Uji 2 sisi atau uji 2 pihak
Kriteria yang didapat adalah : terima hipotesis H0 jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh antara d1 dan d2, sedangkan yang lainnya ditolak.
Karena ini uji 2 pihak maka nilai dari tarf signifikasinya adalah dibagi 2, karena kita hanya menentukan 1 nilai α dan kita mengujinya dari 2 pihak maka kita harus membagi sama rat nilai α di kedua pihak yaitu ½ α.
6.      Uji 1 pihak (pihak Kanan)


 




Untuk menguji tandingan H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi yang digunakan dapat sebuah daerah kritis di ujung sebelah kanan yang besarnya sama dengan α.
Kriteria yang dipekai adalah : tolak H0 jika statistik yang dihitung berdasarkan sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H0. Pengujian ini dinamakan uji satu pihak, yakni pihak kanan.
Karena ini merupakan uji 1 pihak maka nilai taraf signifikan atau nilai α adalah berada hanya di 1 pihak saja, maka jika taraf signifikasinya adalah 0,05 maka harganya tidak dibagi 2 seperti pada uji 2 pihak.
7.      Uji 1 pihak (pihak Kiri)


Jika tandingan H1 mengandung pernyataan lebih kecil maka daerah kritis yang terbentuk adalah di sebelah kiri yang besarnya α

Kriteria yang digunakan adalah : terima H0 jika statistik yang dihitung berdasarkan penelitian lebih besar dari d sedangkan yang lainnya ditolak. Hal ini dfisebut dengan uji satu pihak yakni pihak kiri

Karena ini merupakan uji 1 pihak maka nilai taraf signifikan atau nilai α adalah berada hanya di 1 pihak saja, maka jika taraf signifikasinya adalah 0,05 maka harganya tidak dibagi 2 seperti pada uji 2 pihak.

No comments: